TEMPO.CO, Jakarta - Arema Cronus paling banyak mendapat match fee alias uang tanding dibanding 14 tim lain yang tampil di babak penyisihan Piala Jenderal Sudirman. Arema pun sukses menjadi juara grup.
Lima belas tim dibagi dalam tiga grup. Sebagai tuan rumah Grup A, tim Singo Edan mengantongi match fee sebesar Rp 500 juta karena menyapu bersih empat pertandingan di fase grup tanpa adu penalti, dengan total poin 12. Nah, Arema masih berpeluang mendulang match fee sebesar Rp 375 juta bila berhasil menyapu bersih tiga laga di babak delapan besar tanpa harus lewat adu penalti.
Sesuai aturan Mahaka Sports, operator turnamen, tim yang berjaya dalam waktu normal mendapat match fee Rp 125 juta dan tim yang kalah mendapat Rp 75 juta. Bagi tim yang menang lewat adu penalti mendapat match fee Rp 110 juta dan tim yang kalah mendapat Rp 90 juta.
“Alhamdulillah, perolehan match fee kami yang terbanyak dari seluruh peserta di babak penyisihan. Alhamdulillah lagi, kami masih diberi kesempatan mendapat reward yang lebih besar lagi,” kata General Manager Arema Cronus Ruddy Widodo, Minggu, 13 Desember 2015.
Di bawah Arema, Persatuan Sepak Bola Tentara Nasional Indonesia (PS TNI) mendapat “uang tampil” terbanyak kedua. Dengan tiga kemenangan di waktu normal dan satu kemenangan lewat adu penalti di Grup C, tim asuhan Suharto AD itu mengantongi Rp 485 juta.
Berikutnya, Persipura Jayapura membukukan match fee sebesar Rp 450 juta, buah dari dua kemenangan dalam tempo 90 menit, satu kemenangan lewat adu penalti, dan satu kekalahan lewat adu penalti di Grup B. tim asuhan Osvaldo Lessa ini kalah adu penalti lawan Bali United di Stadion Kapten I Wayah Dipta, Gianyar, Bali, pada Sabtu14 November 2015.
Perolehan match fee Persipura sama besarnya dengan match fee yang diperoleh Surabaya United, runner up Grup C. Bedanya, tim yang ditukangi Ibnu Grahan ini menang tiga kali di waktu normal dan satu kali keok di waktu normal pula.
Ketua Eksekutif Mahaka Sports Hasani Abdulgani memastikan seluruh match fee sudah dibayarkan kepada Arema Cronus dan 14 tim lain yang bertanding di babak penyisihan. Ia memastikan besaran match fee untuk semua babak sama sehingga delapan tim yang lolos ke babak perempat final alias babak delapan besar berpeluang menggemukan isi koceknya.
“Tim yang sudah tersingkir di babak penyisihan, otomatis tidak lagi mendapat pemasukan dari match fee,” kata Hasani yang dihubungi dari Malang.
Namun, Hasani menekankan bahwa spirit Mahaka menyelenggarakan turnamen Piala Jenderal Sudirman dan sebelumnya Piala Presiden bukan untuk bagi-bagi uang, melainkan agar sepak bola Indonesia tetap ada dan aktif, serta klub-klub masih bisa mendapat pemasukan tanpa terjebak pada kondisi persepakbolaan Indonesia yang sedang terpuruk.
ABDI PURMONO