TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 2015 merupakan tahun krusial bagi dunia sepak bola Indonesia. Otoritas tertinggi sepak bola dunia, FIFA, menjatuhkan hukuman berupa skors terhadap Indonesia. Ini berarti Indonesia tidak bisa terlibat dalam aktivitas sepak bola internasional. (baca: Empat Alasan PSSI Wajib Dibekukan)
Sanksi yang dijatuhkan FIFA pada 30 Mei 2015 itu adalah akibat dari keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi membekukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Tindakan Menteri Imam dianggap sebagai bentuk intervensi dan karena itu tidak sesuai dengan statuta FIFA. (baca: PSSI Kena Sanksi FIFA, JK: Santai Saja)
Yang dimaksud pembekuan PSSI adalah keputusan Menteri Imam menerbitkan surat yang menyatakan bahwa pemerintah tidak mengakui segala kegiatan PSSI. Surat tertanggal 17 April 2015 itu diterima PSSI sehari setelahnya, tepat saat La Nyalla Mattalitti terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam kongres yang diadakan di Surabaya. Dengan adanya surat itu, kepengurusan La Nyalla tidak diakui pemerintah. (Baca: PSSI Tuding Kemenpora: Mereka Seperti Memelihara Konflik)
FIFA dan AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) pun mengirim utusannya ke Jakarta pada 2 hingga 3 November lalu. Tujuan kedatangan mereka adalah membantu Indonesia mencari solusi agar sanksi FIFA bisa dicabut. Delegasi gabungan yang dipimpin Kohzo Tashima itu menggali permasalahan yang ada di Indonesia dengan bertemu dengan beberapa pemangku kepentingan. Hasil kunjungan mereka telah dilaporkan ke rapat Komite Eksekutif FIFA 2 Desember 2015. (Baca: Menpora Pastikan Pemerintah Abaikan Instruksi FIFA)
Pihak FIFA memutuskan membentuk komite ad hoc reformasi PSSI sebagai tim yang diharapkan bisa menjembatani kepentingan pemerintah dengan PSSI. Namun, usaha itu gagal lantaran pemerintah tidak mau bergabung dengan komite itu. (baca: Kisruh PSSI, Pemerintah Tunggu Pengurus Baru FIFA)
Selain pembekuan PSSI, tahun 2015 juga diwarnai dengan penghentian Liga Super Indonesia. Masyarakat bola pun mengisi kekosongan kompetisi dengan turnamen-turnamen yang diselenggarakan bukan oleh PSSI, seperti Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman. (Baca: Menpora: Tak Ada PSSI, Sepak Bola Tetap Meriah)
GADI MAKITAN