TEMPO.CO, Malang - Bekas pelatih Arema Indonesia versi Liga Prima Indonesia (LPI) asal Bosnia, Milomir Seslija alias Milo, resmi ditunjuk melatih Arema Cronus untuk selama satu musim Indonesia Super Competition atau ISC.
Milo diperkenalkan ke publik dalam jumpa pers di Hotel Ijen Suites, Kota Malang, pada siang hari ini, Rabu, 27 Januari 2016. Ia diperkenalkan bersama pemain tim nasional naturalisasi blasteran Indonesia-Belanda, Raphael Guillermo Eduardo Maitimo, yang juga dikontrak selama satu musim, antara sepuluh sampai 12 bulan.
“Milo kami rasa menjadi pilihan tepat untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada di tim Arema Cronus. Sedangkan Gethuk (nama karib Joko Susilo) kembali ke laptop (menjadi asisten pelatih),” kata General Manager Arema Cronus Ruddy Widodo.
Menurut Ruddy, penunjukkan Milo dan perekrutan Maitimo dilakukan berdasarkan hasil evaluasi penampilan mereka di Piala Jenderal Sudirman lalu. Perekrutan mereka juga terkait kebutuhan tim untuk menghadapi ISC, yang dijadwalkan digelar mulai Maret mendatang. Ruddy mengaku pencapaian Singo Edan yang dilatih di Piala Jenderal Sudirman kurang maksimal.
Dengan kualitas yang dimiliki, pelatih kelahiran Sarajevo, 21 Juli 1964, itu diharapkan mampu memberi warna baru di Arema dengan meraih kemenangan di tiap pertandingan. “Potensi tersebut bukan hanya dari sisi komposisi pemain, taktik dan strategi. Namun, juga membangun kebersamaan di antara pemain, ofisial dan tentu saja Aremania,” ujar Ruddy.
Tentang Maitimo, Ruddy menyatakan manajemen Arema sangat berharap Maitimo bisa memberi kontribusi maksimal terhadap permainan Arema Cronus. Ruddy memuji pemain kelahiran Rotterdam, Belanda, 17 Maret 1984, itu sebagai pemain yang memiliki daya jelajah tinggi sebagai seorang gelandang. Ia mampu mengendalikan tempo permainan, serta berperan besar dalam transisi permainan.
Milo sendiri mengaku sangat senang bisa kembali ke Malang. Meski karirnya bersama Arema tidak terlalu bersinar lantaran didera konflik internal kepengurusan antara Arema LPI dan Arema Indonesia versi Liga Super Indonesia, serta diperparah dengan konflik internal Arema LPI, sejatinya pencapaian Arema saat itu sudah sangat lumayan.
Milo tidak menyesali konflik tersebut, namun juga menyatakan sangat prihatin. Ia meminta segenap komponen di Arema untuk menatap ke depan dan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran sangat berharga.
“Senang bisa kembali ke Malang, karena di sini rumah kedua saya. Sungguh sebuah kehormatan bagi saya bisa ditunjuk sebagai pelatih kepala tim dengan nama besar seperti Arema,” ujar Milo, bekas Direktur Teknik Barito Putera.
ABDI PURMONO