TEMPO.CO, Jakarta - Liga Cina menggebrak dalam bursa transfer musim dingin pada Januari lalu. Penyerang Atletico Madrid, Jackson Martinez; gelandang Chelsea, Ramires; serta gelandang serang Shakhtar Donetsk, Aleix Teixiera, menjadi tiga nama terakhir yang bergabung dengan klub asal Negeri Tirai Bambu.
Bukan hanya ketiga nama itu, sebelumnya penyerang Robinho, yang pernah bermain bersama Manchester City dan Real Madrid, juga sudah berlabuh di Liga Super Cina. Mantan penyerang tim nasional Brasil, Jo, juga dikabarkan akan segera bergabung dengan rekan-rekannya dalam waktu dekat.
Sejumlah kabar bahkan menyebutkan sekitar 160 pemain asal Brasil sudah mendapatkan visa untuk eksodus ke Negeri Panda, sebagian di antaranya adalah para pemain yang pernah mencicipi liga di Benua Eropa.
Lantas, apa yang membuat para pemain bintang itu merapat ke Liga Super Cina? Apalagi mereka pindah dalam usia yang relatif masih muda ketimbang rekan mereka yang pindah ke Liga Amerika. Mantan pelatih tim nasional Inggris, Sven Goran Eriksson, punya jawabannya.
Eriksson mengatakan uang adalah faktor utama yang menarik para pemain itu. Bagaimana tidak, sejumlah kabar menyebutkan para pemain tersebut mendapatkan gaji setara dengan pemain-pemain top Eropa, seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Neymar, dan Wayne Rooney. Di Cina, mereka dibayar sekitar 250-300 ribu pound sterling per pekan.
"Anda tak bisa mengesampingkan fakta bahwa uang adalah faktor utamanya," ujar Eriksson, yang kini menangani klub Shanghai SIPG.
Eriksson mengatakan saat ini klub-klub Cina memiliki pendanaan yang luar biasa besar karena disponsori negara melalui perusahaan-perusahaan investasi atau para pengusaha ambisius. Pendanaan itu digunakan untuk membangun stadion hingga menggaji tinggi para pemain ternama sehingga menarik antusiasme penonton.
Misalnya klub Shanghai SIPG yang ditanganinya. Klub tersebut memiliki stadion yang berkapasitas hingga 25 ribu penonton. Selasa pekan depan, para suporter fanatik klub itu dipastikan akan memadati stadion karena mereka akan menjamu klub Thailand, Muangthong United, dalam laga Liga Champions Asia.
Hadirnya para pemain ternama juga membuat kasta klub Cina di Asia terdongkrak. Mereka mampu mendobrak dominasi klub Jepang, Korea Selatan, dan Australia, yang biasanya menjadi juara Liga Champions Asia.
"Liga Champions Asia biasanya didominasi tim dari Jepang, Korea Selatan, dan Australia, tapi Guangzhou Evergrande (yang dilatih Luiz Felipe Scolari) memenangi liga itu dua kali dalam tiga tahun terakhir," tuturnya.
DAILYMAIL | FEBRIYAN