TEMPO.CO, Jakarta - Seorang legenda dan mantan pelatih Persib Bandung, Risnandar Soendoro, tutup usia, Kamis, 3 Maret 2016. Ia meninggal dalam usia 68 tahun, setelah cukup lama berjuang melawan penyakit lambung akut yang telah lama diderita.
"Bapak meninggal dunia Kamis petang pukul 17.34 WIB di rumah. Cukup lama ia sakit lambung dan dalam beberapa hari terakhir (keadaannya) terus memburuk," kata putra almarhum, Ris Imantoro.
Almarhum meninggal dunia di rumahnya di kawasan Awiligar, Kota Bandung. Sebelumnya, ia sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Bandung.
Jenazah pemain terbaik Kompetisi Perserikatan 1972-1973 itu disemayamkan di rumah duka di Jalan Linggar Sari Raya Nomor 3, Awiligar, Kota Bandung. Rencananya, jenazah akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nagrog, Kota Bandung.
"Pemakaman akan dilakukan di TPU Nagrog, Jumat besok," kata Imantoro, yang juga pewarta olahraga Galamedia Bandung, itu.
Sementara itu, Ketua Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) PWI Jawa Barat Irfan Suryadireja menyatakan kepulangan Risnandar Soendoro merupakan kehilangan besar bagi dunia olahraga, khususnya cabang sepak bola. Pasalnya, menurut dia, hampir sepanjang hidupnya, almarhum total beraktivitas dalam pembinaan sepakbola.
"Kepergian Kang Ris merupakan kehilangan besar. Ia seorang pelatih yang mampu mengangkat dan memanfaatkan potensi pemain muda," kata Irfan.
Risnandar merupakan anggota klan atau keluarga Soendoro (almarhum), yang merupakan pendiri dan Ketua Umum Persib Bandung. Ris bersama empat saudara lelakinya, Soenarto, Soenaryono, Soenarhadi, dan Gantoro, terjun sebagai pemain sepak bola bersama Persib Bandung.
Ia mengawali karier di sepak bola bersama PS Bandung pada 1966 dan menjadi pemain Persib senior pada 1968. Berposisi sebagai pemain bertahan, ia masuk timnas PSSI dan permainannya menarik perhatian pelatih timnas saat itu, Wiel Coerver, yang menjulukinya Beckenbauer Asia.
Bahkan, berkat permainan individu yang bersinar, ia menjadi pemain terbaik Kompetisi Perserikatan 1972-1973, kendati saat itu Persib Bandung finis di urutan ketujuh.
Sebagai pelatih, Risnandar membawa Persib kembali promosi ke divisi utama pada 1983 setelah lima musim terdampar di ivisi I PSSI. Masa kedua kepelatihannya, pada musim 1995-1996, ia membawa Tim Maung Bandung juara Liga Indonesia I dan masuk ke babak 12 besar.
Sebagai pelatih dan pembina sepak bola, Risnandar juga berperan melahirkan sejumlah bintang Persib. Musim akhir kepelatihannya di kompetisi nasional, ia sempat menangani Persikab Bandung.
ANTARA