TEMPO.CO, Lumajang - Ketua Asosiasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Tingkat Kabupaten Lumajang, Thoriq Al Katiri, berharap kekisruhan dalam persepakbolaan di Indonesia ini bisa segera selesai. Thoriq menanggapi isu desakan Kongres Luar Biasa PSSI.
"Sebetulnya dinamika seperti ini wajar, tetapi mengapa harus mengorbankan agenda pertandingan. Itu yang kami sesalkan," katanya dihubungi Tempo, Selasa, 19 April 2016.
Kekisruhan persepakbolaan nasional ini, praktis seperti tidak ada kegiatan. "Hanya ramai-ramai saja. Di desa-desa mengadakan galadesa, yang silahkan, itu untuk hiburan masyarakat," kata politisi PAN Lumajang yang menyeberang mendukung Jokowi dalam Pemilihan Presiden 2014 lalu.
Thoriq mengatakan kalau memang terjadi KLB, dia berpendapat untuk tetap menghargai orang-orang yang selama ini menjadi pengurus-pengurus. "Karena perbaikan-perbaikan di PSSI sendiri, khususnya di Jawa Timur cukup bagus. Kami merasakan seperti tertibnya kompetisi, itu saya melihat dari Jawa Timur," katanya. "Mengurusi bola itu sulit dan rumit, perlu pengorbanan. Duduk bersamalah, pasti bisa."
Asosiasi PSSI tingkat daerah, secara umum sangat menyesalkan dengan terjadinya kekisruhan di PSSI. "Karena berdampak sekali sampai di tingkat bawah, termasuk yang remaja-remaja itu terganggu, karena ada masuk dengan kepengurusan PSSI," katanya.
Kekisruhan juga menyulitkan penggunaan anggaran. "Kalau misalnya kompetisi tetap berjalan, mau kemana kompetisi itu. Ini yang memang menjadi masalah dan tidak ada kelanjutannya. Kami pasti akan dimintai tanggung jawab karena anggarannya kita program sampai kompetisi yang lebih tinggi," kata dia.
Dari konteks bola, organisasi sampai asosiasi di daerah, kata dia, sangat menyesalkan. "Di sisi bola tidak ada masalah dalam aturan bola itu sendiri atau dari sisi organisasi. Tetapi kalau dari pihak-pihak lain, bukan urusan kami lagi," katanya. Dia mengatakan kalau memang kekisruhan itu mau diselesaikan oleh pihak-pihak baik PSSI maupun Pemerintah, asosiasi daerah akan bersyukur.
"Kami bersyukur, klub-klub jadi bisa berkompetisi rutin. Itu saja. Sepak bola tetap dicintai masyarakat dan harapannya, Indonesia mempunyai tim-tim yang bagus kedepannya," kata dia.
Thoriq juga mengatakan bagi orang-orang bola, tidak semua mau ditarik-tarik di kancah yang mungkin 'ada unsur-unsur politik'. "Kami tidak tahu bagaimana," katanya. Mayoritas, orang-orang bola di bawah ini dan bukan personal-personal pengurusnya yang di level atas atau menengah, pikirannya tetap di bola.
"Jadi itu yang juga harus disadari oleh pemerintah. Dan kepengurusan yang sekarang ini, mayoritas orang-orang yang ahli bola walaupun ada beberapa orang yang bukan, ya itu urusan lain," katanya. Dan, Thoriq memaklumi karena karena bola sekarang tidak bisa lepas dari entertainment. "Kami sadar, itu tidak bisa dipungkiri. Sepak bola sampai menarik itu kan karena unsur entertain-nya, dan bagaimana, itu urusan pihak lain," ujar dia.
Thoriq yang sudah belasan tahun malang melintang dalam mengurus klub persepakbolaan di Lumajang ini mengatakan sepak bola memang tidak bisa lepas dari hiburan. Dia mengatakan pertandingan sepak bola di daerah memang tetap masih berjalan. "Tetapi bobotnya kan kurang, itu tidak lepas dari hiburan," katanya. Ihwal sikapnya soal KLB, sebagai Ketua Asosiasi PSSI tingkat Kabupaten Lumajang, Thoriq mengatakan, belum bisa mengomentari. "Kami tidak punya hak suara, kami mengikuti apa yang menjadi keputusan PSSI kedepannya, hasil kongres atau apapun, kami mengikuti, itulah yang terjadi," kata dia.
Lagipula, kata Thoriq, petunjuk pelaksanaannya juga belum turun ke Kabupaten. Dia mengatakan sebagai Ketua Asosiasi PSII di tingkat Kabupaten Lumajang, tugasnya membina, supaya pemain-pemain, karirnya bisa lebih baik di klub profesional. "Itu tugas saya," ujar dia.
DAVID PRIYASIDHARTA