TEMPO.CO, Jakarta - Liverpool akan menghadapi laga final Liga Europa melawan Sevilla pada Kamis dinihari nanti. Laga ini dapat menjadi penutup musim yang manis bagi pelatih Juergen Klopp. Pelatih asal Jerman itu bisa mempersembahkan trofi pertamanya pada musim perdana bersama The Reds.
Namun Klopp punya catatan buruk soal laga final. Dia selalu kalah dalam empat laga final terakhirnya, baik saat menukangi Dortmund maupun Liverpool. Sebuah mitos yang harus dipecahkan Klopp dalam laga dinihari nanti.
Kekalahan terakhir Klopp terjadi saat laga final Piala Liga melawan Manchester City pada Februari lalu. The Reds kalah 3-1 dalam adu penalti setelah pada babak normal hanya bermain imbang 1-1.
Saat menukangi Dortmund, Klopp tiga kali tumbang pada laga final. Dua pada final Piala Jerman, oleh Wolfsburg dan Bayern Muenchen, dan satu kali pada final Piala Champions melawan Bayern Muenchen.
Menanggapi soal mitos dirinya selalu kalah pada laga final, Klopp berdalih bahwa timnya selalu tampil baik dalam setiap kekalahan itu. Hanya, dia mengatakan, tim lawan memang sedikit lebih baik dari anak asuhnya.
"Seseorang pasti akan mengatakan hal ini, seseorang akan menulis bahwa saya tak banyak menang (pada laga final)," ujarnya. "Itu adalah fakta, tapi kami kerap menghadapi tim yang sebenarnya hanya sedikit lebih baik dari tim saya. Kami selalu bermain bagus, kami mencapai final karena penampilan kami."
Dia pun tak begitu yakin hasil final Liga Europa kali ini akan berpihak pada dirinya. Meskipun mengatakan Sevilla tak lebih baik dari Liverpool, dia tak berani memastikan kemenangan akan berada di tangan Daniel Sturridge cs.
"Sevilla adalah tim yang bagus, tapi klub itu tak lebih baik dibanding kami. Ini tak seperti Sevilla adalah langit dan kami adalah bumi, dan kami harus mengalahkannya dengan taktik khusus," katanya. "Jika kami bermain dengan kemampuan terbaik, akan sangat sulit untuk tim mana pun melawan kami, apalagi mengalahkan kami. Saya tak yakin saya adalah seorang pemenang, tapi saya ingin menang."
THEGUARDIAN | FEBRIYAN