TEMPO.CO, Jakarta - Perhelatan Piala Eropa 2016 di Prancis berbarengan dengan Ramadan. Meski para pemain muslim yang berlaga dalam turnamen yang berlangsung pada 10 Juni-10 Juli itu memilih tidak berpuasa, tak ada salahnya juga lebih memahami bagaimana melewati Ramadan sebagai pemain sepak bola di negara yang mayoritas penduduknya non-muslim.
Beberapa pemain beragama Islam yang bermain di Prancis di antaranya Mesut Oezil, Skhodran Mustafi, Sami Khedira, dan Emre Can (Jerman); Paul Pogba dan Bacary Sagna (Prancis); Xherdan Shaqiri (Swiss); serta Arda Turan (Turki).
Baca juga:
Siapa Juara Euro 2016: Percaya Gurita Atau Statistika? Magis Spanyol atau Pragmatis Prancis?
Nathan Ellington, mantan pemain Wigan Athletic, West Bromwich Albion, Derby County, dan Watford, memeluk Islam sejak berusia 23 tahun. Ia pun membagi suka-duka berkiprah di bulan Ramadan.
"Setiap muslim dewasa dan sehat wajib berpuasa. Tapi, bila harus bermain jauh dari rumah, puasa atau tidak memang menjadi pilihan. Di Piala Eropa, tidak berpuasa mungkin tidak menjadi masalah karena semua pemain itu dalam keadaan bepergian," ujarnya.
Menurut pemain Inggris berusia 34 tahun itu, ia pernah tidak diturunkan pelatih karena sedang berpuasa sehingga dianggap tidak fit dan bertenaga untuk bermain. Namun Ellington sering tidak memberi tahu klubnya bahwa ia sedang berpuasa. Dan ia tidak merasakan perbedaan bermain saat puasa dan tidak.
"Semuanya soal pola pikir. Saya tak pernah ada masalah bermain selama Ramadan. Sudah pasti, banyak yang berpikir hal itu sungguh berat. Bila merasa pusing atau tidak sehat, tentu kita harus makan," ujar penyerang asal Bradford itu.
Untuk mengakali agar tetap bertenaga ketika bermain, Ellington memilih makanan yang membuat kenyang lebih lama ketika sahur, seperti bubur dan pisang, serta minum banyak air. Yang berbeda adalah masa pemulihan setelah pertandingan yang lebih lama.
RAMADAN.CO.UK | PIPIT