TEMPO.CO, Malang - Gaya bermain agresif dan terbuka sudah menjadi ciri khas Arema Cronus. Namun, sepanjang kompetisi Indonesia Soccer Championship 2016, ciri khas tersebut sulit dikeluarkan kendati Singo Edan sukses bertahan di puncak klasemen sementara.
Arema sudah bertekad bermain agresif saat dijamu tuan rumah Persela Lamongan pada Senin, 18 Juli 2016. Namun, seperti dikatakan Milomir Seslija alias Milo, keinginan bermain agresif sangat bergantung pada lawan yang dihadapi.
“Tergantung lawan, apakah mereka akan membiarkan kami mendapatkan ruang bermain yang terbuka atau tidak,” kata Milo, Minggu, 17 Juli 2016, sebelum keberangkatan 18 pemain ke Lamongan. Esteban Vizcarra dan Hendro Siswanto tidak diboyong karena masih membutuhkan pemulihan kondisi fisik.
Menurut pelatih berkebangsaan Bosnia-Herzegovina itu, Arema kesulitan mengembangkan permainan agresif dan terbuka saat menghadapi lawan yang hanya bertahan dengan menumpuk pemain di area pertahanan dan mengandalkan serangan balik melalui umpan-umpan jauh.
Alasan lain, Cristian Gonzales dan kawan-kawan kesusahan mengembangkan permainan menyerang karena lawan memberikan perlawanan yang sangat sengit dan keras. Semua lawan, kata Milo, mempunyai motivasi berlipat untuk bisa mengalahkan Arema karena Arema jadi pemuncak klasemen dan tim terbaik saat ini. Permainan keras mengakibatkan banyak pemain Arema cedera.
“Musim ini kami tidak punya keberuntungan soal kondisi pemain,” ujar Milo. “Tapi show must go on. Dengan pemain yang ada, kami harus selalu tampil agresif seperti biasanya.”
Bekas pelatih Arema Indonesia versi Liga Prima Indonesia itu menegaskan tidak menganggap enteng Persela dan siapa pun lawan yang dihadapi. Posisi di dasar klasemen bukan jaminan Laskar Joko Tingkir akan gampang dikalahkan. Persela kini berbeda dengan Persela saat ditangani Stefan Hansson. Di tangan Sutan Harhara, Persela mulai bangkit dengan menuai dua kemenangan di kandang atas Perseru Serui (2-0) dan Barito Putra (4-2), masing-masing pada 16 Juli dan 27 Juni. Dua kemenangan ini membuktikan Persela punya gaya menyerang yang bagus.
Meremehkan lawan hanya akan menghilangkan fokus bermain, juga sejatinya tim sudah kalah mental dan moral lebih dulu. Milo sudah menasihati semua anak asuhnya untuk tak usah memikirkan posisi di klasemen dan hasil pertandingan. Mereka hanya diminta fokus pada pertandingan dan bekerja keras penuh disiplin agar memperoleh poin penuh.
General Manager Arema Cronus Ruddy Widodo pun sepaham dengan Milo. Posisi di klasemen bukan ukuran sahih kualitas sebuah tim. Bisa saja sebuah tim terperosok ke dasar klasemen karena kurangnya persiapan kurang atau faktor teknis dan nonteknis lain.
Persela jangan diremehkan saat bermain di Stadion Surajaya. Arema dan Persela bersua pertama kali pada 2001. Arema menang sepuluh kali, kalah enam kali, dan imbang sepuluh kali di pelbagai ajang turnamen dan kompetisi resmi. Masalahnya, Arema tak pernah menang di kandang Persela dalam turnamen dan kompetisi resmi, kecuali dalam pertandingan uji coba.
ABDI PURMONO