TEMPO.CO, Bangkalan - Turnamen sepak bola Liga Santri Nusantara (LSN) kurang diminati kalangan pesantren di Pulau Madura, Jawa Timur. Hingga hari terakhir pendaftaran hanya 15 pesantren yang mengkonfirmasi akan ikut turnamen yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama Robitoh Ma'ahid Islamiyah (RMI). RMI adalah salah satu badan otonom organisasi Nahdlatul Ulama.
Koordinator LSN Regional Jawa Timur IV, Hasani Zubair, mengatakan 15 pesantren yang memastikan diri ikut turnamen semuanya berasal dari Kabupaten Bangkalan. Adapun pesantren dari Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Sumenep tidak mengonfirmasi keikutsertaannya sampai hari terakhir pendaftaran.
Hasani mengaku sudah mensosialisasikan turnamen ini sejak sebelum bulan puasa. Panitia regional IV telah menyampaikan surat pemberitahuan kepada pengurus NU di masing-masing kabupaten agar diteruskan ke kalangan pesantren. "Bahkan kami sudah sowan langsung ke pengurus NU di tiap kabupaten," katanya, Sabtu, 20 Agustus 2016.
Namun, kata Hasani, sampai hari terakhir pendaftaran, hanya 15 pesantren yang mendaftar dan semuanya berasal dari Bangkalan. Hasani yang menjabat Ketua Gerakan Pemuda Anshor Bangkalan itu tidak tahu pasti kenapa pesantren di luar Bangkalan tidak ada yang mendaftar.
Dia menduga pesantren ogah ikut karena masalah minimnya anggaran karena LSN dipusatkan di Bangkalan. "Kalau bawa tim dari Sumenep ke Bangkalan butuh biaya besar, mungkin itu penyebabnya," ujarnya.
Babak penyisihan LSN di Bangkalan akan dimulai 28 Agustus hingga 3 September 2016. Turnamen yang pertama kali digelar pada 2015 itu akan menerapkan sistem gugur. Untuk partai final akan digelar di stadion Gelora Bangkalan.
Hasani mengatakan juara satu babak penyisihan akan dikirim ke Jakarta untuk mengikuti turnamen liga santri tingkat nasional. Sedangkan juara 1, 2, 3, dan 4 akan mengikuti LSN Piala Gubernur Jatim Cup. "Tahun lalu juaranya Pesantren Nurul Islam Jember, mereka juga juara di Malaysia," ungkapnya.
Hasani berharap para santri tidak menganggap remeh turnamen ini. Sebab, bila berhasil lolos ke Jakarta, terbuka peluang bagi santri untuk direkrut klub-klub profesional. Kemenpora, kata dia, telah menyediakan tim khusus untuk mendata siapa saja pemain berbakat di LSN. "Peserta LSN maksimal berusia 18 tahun dan pesantren tidak boleh menyewa pemain luar," katanya.
MUSTHOFA BISRI