TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Tono Suratman mengharapkan semangat legenda pemain sepak bola Indonesia Maulwi Saelan dapat berlanjut dalam bidang olahraga Indonesia, terutama cabang sepak bola.
"Saya berharap olahraga itu menjadi alat pemersatu bangsa. Jika kita menghayati dan mengerti dasar-dasar olahraga, saya yakin dan percaya permasalahan-permasalahan yang ada tidak perlu terjadi," kata Tono setelah mengikuti upacara pemakaman mantan kiper tim nasional Indonesia pada periode 1954-1958 itu di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa lalu.
Tono mengatakan sosok Maulwi telah mengharumkan nama Indonesia melalui cabang olahraga sepak bola selain sebagai perwira TNI.
Jenazah pengawal pribadi Presiden Pertama Ir Sukarno itu dimakamkan dengan upacara militer di TMP Kalibata dengan dipimpin oleh Inspektur Upacara Kolonel CPM Sudharma.
Purnawirawan TNI Angkatan Darat berpangkat terakhir kolonel CPM itu diantarkan ke pemakaman oleh keluarga, kerabat, perwakilan sekolah Al Azhar Kemang, Jakarta Selatan, dan sejumlah perwira Puspom TNI AD.
Maulwi meninggal di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) pada usia 90 tahun.
Sebelum meninggal di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Maulwi Saelan sempat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Pondok Indah kurang-lebih tiga pekan dan kesehatannya sempat membaik. Namun kondisi fisik Maulwi kembali menurun dan dibawa ke ICU Rumah Sakit Pertamina.
Pria kelahiran Makassar, 8 Agustus 1926, itu telah mengharumkan nama Indonesia lewat cabang olahraga sepak bola dalam kejuaraan internasional. Maulwi telah bermain luar biasa saat mengawal gawang timnas Merah-Putih dalam Olimpiade Melbourne 1956.
Saat itu, Maulwi Saelan sukses menahan gempuran pemain Uni Soviet sehingga timnas mampu menahan imbang 0-0. Padahal, Uni Soviet saat itu merupakan salah satu tim terkuat di dunia. Prestasi tersebut bisa dikatakan fenomenal dan belum mampu diimbangi oleh timnas saat ini.
ANTARA