TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Hinca Panjaitan, mengatakan polemik penentuan lokasi kongres lembaga itu membuat malu. "Kejadian ini pertama kali ada di dunia," kata Hinca di Makassar pada Sabtu malam, 15 Oktober 2016.
Hinca mengatakan beberapa pekan terakhir pemerintah dan PSSI hanya berputar-putar pada lokasi pelaksanaan kongres. Akibatnya, perjalanan organisasi induk sepak Bola Tanah air itu jadi mandek.
"Harusnya kan kita berdebat pada program andal PSSI ke depan. Bukan persoalan yang malah tidak ada substansinya," ujar Hinca.
Sebelumnya, antara pemerintah dan PSSI terjadi polemik terkait dengan lokasi pelaksanaan kongres. PSSI menetapkan kongres diadakan di Makassar sesuai keputusan komite eksekutif. Namun pemerintah dan sekelompok pemilih PSSI yang dikenal dengan Kelompok 85 meminta kongres dilaksanakan di Yogyakarta. Kota itu dipilih karena memiliki sejarah yang merupakan tempat didirikannya PSSI pada 19 April 1930.
Hinca Panjaitan mengatakan ia kecewa dengan penundaan kongres yang sudah dijadwalkan pada 17 Oktober 2016 di Makassar. Penundaan itu diambil setelah PSSI menerima surat perintah dari badan sepak bola dunia FIFA.
Menurut Hinca, kongres akhirnya diundur pada 10 November dan akan digelar di Jakarta. Penundaan itu sekaligus juga sebagai jalan keluar bagi PSSI.
Atas pembatalan kongres di Makassar, Hinca bersama sejumlah pengurus Komite Eksekutif PSSI tiba di Makassar. Mereka menemui dan meminta maaf kepada Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo.
"Kami awalnya datang menyampaikan pelaksanaan kongres. Tapi karena batal di Makassar maka kami juga datang meminta maaf," ujar Hinca.
Gubernur Syahrul berharap tidak ada lagi polemik yang terjadi di tubuh PSSI. Syahrul mengaku sangat kecewa atas dibatalkannya Makassar sebagai tuan rumah kongres luar biasa PSSI. "Padahal kami berharap kejayaan sepak bola Indonesia bisa dimulai dari Makassar," katanya.
ABDUL RAHMAN