TEMPO.CO, Jakarta - Jose Mourinho, 53 tahun, sempat dijuluki pelatih bertangan dingin. Sekali datang, dia bisa menjadikan klub barunya punya prestasi mentereng. Pengalaman membuktikan.
Datang ke Inter Milan, misalnya, pada 2008–2009, Mourinho membawa Nerrazurri menjadi juara. Malah, dia berhasil membawa klubnya itu meraih treble dua musim berikutnya.
Pun ketika balik kembali ke Chelsea pada 2013–2014, dia berhasil membawa Chelsea finis di urutan ketiga dengan selisih empat poin saja dengan sang juara, Manchester City.
“Luar biasa. Padahal, saya pikir kami baru bisa mencapai posisi itu di musim kedua nanti,” kata Mou ketika itu. Semusim berikutnya, Chelsea menjadi juara.
Datang ke Old Trafford pada musim ini, Jose Mourinho ternyata bernasib berbeda. Hingga pekan ke-11, pasukan Setan Merah hanya bercokol di posisi keenam dengan selisih yang menganga dengan pemuncak klasemen, Liverpool: delapan poin.
Padahal, materi pemain Setan Merah tidaklah buruk. Saat datang, mereka hanya perlu empat pemain di setiap lini. Zlatan Ibrahimovic di depan, Henrikh Mkhitaryan dan Paul Pogba di tengah, dan Eric Bailly di depan kiper. Belanja yang tidak sedikit tentu saja.
Tapi ada apa yang terjadi dengan Manchester United?
Inilah yang kini dikabarkan media di Inggris tengah dicari penyebabnya oleh manajer asal Portugal tersebut. Semua berawal dari kekecewaan Mourinho terhadap dua pemain belakangnya, Chris Smalling dan Luke Shaw.
Ahad pekan lalu, ketika bersiap melawan Swansea, dua pemain ini mendatanginya dan meminta izin untuk tidak dimainkan. Mereka datang dengan berbagai alasan.
“Chris bilang dia tidak dalam kondisi 100 persen. Shaw mengabarkan dia tidak bisa bermain,” kata dia seusai pertandingan yang dimenangi dengan skor 3-1 itu.
Mourinho mengaku kecewa terhadap dua pemain itu. Kata dia, keduanya tidak memiliki komitmen penuh terhadap klub tempatnya bekerja.
“Saya kira atlet mana pun di dunia ini, jarang sekali turun ke lapangan dalam kondisi yang benar-benar sempurna,” kata dia. Mou pun menyebutkan banyak atlet, termasuk para pemain tenis.
Kekecewaan ini mendapatkan dukungan dari Alan Shearer, legenda timnas Inggris. “Betul. Pemain sepak bola jarang sekali yang turun ke lapangan dengan kondisi 100 persen,” kata dia, merujuk pada pengalamannya sendiri saat berkarier.
Namun tak semua setuju. Selain Gareth Southgate—pelatih timnas Inggris yang juga tidak sependapat dengan Mou—Rabu lalu Ketua Asosiasi Pemain Sepak Bola Professional Gordon Taylor juga menyatakan kekecewaannya terhadap kritik yang disampaikan Mou secara terbuka tersebut. Semestinya semua itu disampaikan di ruang ganti, bukan diobral ke publik.
Tapi bukan Mou namanya kalau dia lantas berhenti. Dikritik seperti itu, Mou malah terus melaju. Menurut kabar, di Inggris kini dia membedah isi perut klub.
Mou ingin tahu semua yang ada di Old Trafford yang membuat timnya ini tampil angin-anginan. Langkah pertama adalah soal kebugaran pemain.
Sebabnya, banyak sekali pemainnya yang mengalami cedera. Sejauh ini, dia kehilangan sekitar 10 pemain dalam 30 laga yang sudah dimainkannya. Pada waktu sama, yakni 17 pekan di Liga Primer saat menangani Chelsea musim lalu, dia hanya mendapatkan enam pemain yang mengalami cedera. Selebihnya sehat walafiat.
Selajutnya: Bayangan dan nasib buruk di Chelsea