TEMPO.CO, Jakarta - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) diminta meninjau kembali aturan yang mengizinkan setiap klub merekrut satu pemain kelas dunia atau marquee player. Presiden Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) Ponaryo Astaman menilai aturan itu bisa berpengaruh negatif terhadap kesempatan pemain muda untuk menunjukkan performanya.
Dengan aturan marquee player, PSSI menetapkan klub bisa menambah satu pemain asing ternama di Liga 1 2017 di luar kuota pemain asing.
Menurut Ponaryo, marquee player bisa dinilai dari dua sisi, yakni bisnis dan teknis permainan sepak bola di Indonesia.
Dari segi teknis, dengan kekuatan finansial klub-klub di Indonesia, Ponaryo meyakini marquee player yang bisa didatangkan adalah pemain yang telah melewati masa keemasannya dalam dunia sepak bola.
"Secara teknis, mungkin tidak akan banyak membantu perkembangan sepak bola (Indonesia)," kata Ponaryo saat ditemui menjelang laga persahabatan Pusamania Borneo FC melawan Martapura FC di Stadion Segiri, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Senin, 27 Maret 2017.
Bagi Ponaryo, tanpa marquee player, persepakbolaan Indonesia sudah cukup bagus, yang ia nilai terbaik di Asia Tenggara. Ponaryo justru khawatir akan terjadi ketimpangan, yakni ada sebuah klub yang bisa mendatangkan marquee player dengan harga selangit tapi ada klub lain menunggak gaji pemain. "Ya, sebuah ironi besar kalau sampai (ketimpangan) itu terjadi," ucapnya.
Ia juga menyoroti kedatangan Michael Essien yang berlabuh ke Persib Bandung. Ponaryo tak bisa memungkiri kehebatan Essien pada masa keemasannya kala berseragam Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan. Namun, untuk kondisi terakhir Essien, Ponaryo meminta penikmat sepak bola lebih cermat. "Artinya, apa yang kita inginkan dari dia (Essien), dari segi bisnis atau mengembangkan potensi teknisnya," ujar Ponaryo.
Ponaryo bahkan mengkritik aturan baru tersebut, yang ia nilai bertolak belakang dengan aturan lain yang mengharuskan lima pemain muda terdaftar di klub dengan tiga di antaranya harus dimainkan. "Marquee player menambah kuota pemain asing. Artinya, semakin terkikis juga kesempatan pemain lokal bermain," tuturnya. Karena itu, Ponaryo berharap aturan tersebut dipertimbangkan kembali.
Untuk sisi bisnis, marquee player diakui dapat meningkatkan animo suporter sepak bola Indonesia yang jumlahnya begitu besar. "Dari segi bisnis, dengan jumlah fan kita yang luar biasa besar, mungkin itu bisa berhasil," kata Ponaryo.
FIRMAN HIDAYAT | SAPRI MAULANA