TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Manchester United Jose Mourinho mengkritik para penyerangnya setelah bermain imbang 1-1 di kandang RSC Anderlecht, Belgia, dalam pertandingan pertama babak perempat final Liga Europa Jumat lalu. Kritik Mourinho kepada penyerangnya itu bisa dibaca sebagai isyarat ia menginginkan Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan tampil lebih agresif dan sigap dalam menembus jantung pertahanan Chelsea di Stadion Old Trafford dalam laga Liga Inggris, Ahad malam ini.
Melawat ke kandang Anderlecht, MU unggul lebih dulu melalui gol yang dicetak pemain lini tengah Henrikh Mkhitaryan pada menit ke-36. Tapi pemain Anderlecht, Leander Dendocker, menyamakan kedudukan pada menit ke-86. “Jika saya seorang pemain belakang United, saya akan sangat sedih terhadap para pemain penyerang kami. Sebab, mereka punya kesempatan ‘mematikan’ pertandingan dan tidak melakukannya,” kata Mourinho kemarin dinihari.
Baca: Manchester United vs Chelsea, Conte: Matikan Ibrahimovic!
“Hasil pertandingan seharusnya lebih baik dan kami hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Kami bermain terlalu gampang pada babak kedua dan tidak tampil menyerang dengan naluri ‘membunuh’,” tutur pelatih asal Portugal itu.
Hasil 1-1 di kandang Anderlecht sebenarnya sudah bagus buat MU. Sebab, tim asuhan Mourinho itu hanya membutuhkan hasil 0-0 dalam pertemuan kedua di Old Trafford, Kamis mendatang, untuk lolos ke semifinal Liga Europa berkat gol tandang.
Jadi, posisi MU pada kejuaraan yang bisa membawa mereka tampil di Liga Champions Eropa musim depan tersebut sudah setengah aman. Kini, mereka tinggal berkonsentrasi memperbaiki posisi di Liga Primer. Mereka menempati posisi keenam dengan nilai sama dengan Everton yang ada di atasnya dan hanya berselisih tiga angka dari urutan keenam, Arsenal.
Baca: Manchester United Jamu Chelsea, Mourinho Mendidih oleh Amarah
Namun, lebih dari sekadar perbaikan citra di liga domestik, pertarungan melawan Chelsea adalah soal gengsi dan mungkin juga dendam buat Mourinho. Pelatih asal Portugal itu dipecat dari Chelsea musim lalu setelah dianggap gagal membangkitkan kembali kejayaan The Blues dari London tersebut.
Di tangan manajer baru, Antonio Conte, The Blues justru tampil jauh berbeda dibanding musim lalu dan memimpin klasemen dengan keunggulan empat poin dari Tottenham dengan tujuh pertandingan tersisa.
Bagi Mourinho, akan menjadi kebanggaan bila mampu membawa skuad The Red Devils miliknya menghambat laju pasukan Conte dengan kemenangan atau minimal hasil seri. Setan Merah sendiri masih punya sisa satu pertandingan lebih banyak, sehingga raihan tiga poin juga akan menekan Manchester City dalam perebutan posisi empat besar.
Dengan demikian, Mourinho diprediksi akan menginstruksikan Zlatan cs untuk melakukan tekanan hebat kepada Chelsea. Ini akan menjadi tantangan besar buat manajer tim nasional Italia di Piala Eropa 2016, Conte.
Baca: Tottenham Ramai-ramai Dukung Manchester United Saat Lawan Chelsea
Namun Conte, menurut kiper Chelsea, Thibaut Courtois, sudah menegaskan kepada para pemainnya untuk berfokus menjaga momentum kemenangan mereka di Liga Primer yang ibarat sudah ada di depan mata. The Blues membutuhkan lima kemenangan dalam tujuh pertandingan terakhir untuk memastikan merebut gelar juara Liga Primer musim 2016/2017. “Kami hanya perlu mempertahankan mental pemenang dan bertarung sampai akhir,” kata Courtois.
Sejumlah mantan pemain Chelsea, seperti Paulo Ferreira, menilai Conte membawa suasana baru di kubu Chelsea. “Ia mengembalikan energi yang positif di Chelsea,” ujarnya.
Mourinho pasti belajar dari pengalaman. Kritiknya kepada Zlatan cs sehabis pertandingan melawan Anderlecht tentu bukan dimaksudkannya untuk menciptakan energi negatif di timnya. Ini tentu semacam stimulan dari Mourinho untuk membangkitkan rasa haus gol dari pasukannya.
GUARDIAN | BBC | MAILONLINE | PRASETYO