TEMPO.CO, Jakarta - Ambisi manajer Jose Mourinho membawa Manchester United ke Liga Champions musim depan hanya membutuhkan satu kemenangan lagi di final Liga Europa Stadion Friends Arena, Solna, Swedia, dinihari nanti.
Demi target mengalahkan Ajax Amsterdam pada final babak Liga Europa di Friends Arena itu, Mourinho menyimpan sebagian besar pemain utama ketika mereka mengalahkan Crystal Palace 2-0 pada pertandingan terakhir Liga Primer Inggris di Old Trafford, Minggu lalu.
Baca: Jadwal Bola Malam Ini: Final Liga Europa Manchester United v Ajax
“Itu bukan suatu pertaruhan, melainkan konsekuensi atas sebuah situasi. Kami berada dalam situasi tersebut dan bertarung untuk itu,” kata Mourinho.
Manajer asal Portugal itu memang kehilangan banyak pemain terasnya karena cedera pada pertandingan tim nasional dan klub.
Tapi, sejak awal bulan ini, Mourinho memang sudah mengisyaratkan kian mantap memilih jalur lain ke Liga Champions setelah mereka sulit menembus empat besar Liga Primer.
Setelah menang 1-0 melawan Celta Vigo pada babak semifinal pertama Liga Europa, United dikalahkan Arsenal 2-0 di Liga Primer, lantas imbang 1-1 dengan Celta pada semifinal kedua, dan ditekuk Tottenham Hotspur 2-1 di liga.
Baca: Jose Mourinho: Ajax Harusnya Tidak Berlaga di Liga Europa
Mourinho pernah mengatakan tiket ke Liga Champions adalah sebuah konsekuensi logis. Tapi yang utama baginya adalah mempersembahkan trofi juara dalam debutnya di United musim ini.
Dengan kondisi seperti itu, bisa dibayangkan bagaimana keseriusan dan ketegangan Mourinho dalam mempersiapkan timnya menghadapi partai final Liga Europa. Ia menolak berlama-lama berada di ruangan konferensi pers di Old Trafford, Minggu lalu. “Saya punya pertandingan final,” kata dia.
Sebelumnya, Mourinho juga mengeluhkan jadwal laga melawan Southampton dan Palace yang berlangsung Kamis dan Minggu lalu. Pasalnya, pada Rabu atau dinihari nanti waktu Indonesia, mereka menghadapi partai yang lebih besar.
Adapun Ajax sudah menyelesaikan pertandingannya di Eredivisie Belanda satu pekan sebelum United.
Tapi Manajer Ajax Peter Bosz mengatakan Mourinho tak boleh mengeluhkan jadwal laga timnya. “Ia pakar taktik dan saya melihat ia memakai susunan tim yang berbeda di Liga Europa dan Liga Primer,” kata Bosz.
Baca: Final Liga Europa Vs Ajax, Manchester United Pakai Jersey Biru
Pernyataan Bosz bisa saja benar. Mourinho jago taktik dan pakar perang urat saraf. Ajax tak semestinya memperkirakan United loyo didera jadwal padat. Mereka dihuni juru taktik dan tempat berkumpulnya pemain bintang sarat pengalaman.
United hanya kebobolan 27 gol di liga musim. Ini jumlah kebobolan paling sedikit setelah catatan Tottenham, yaitu 23 gol. Di Liga Europa, mereka hanya kemasukan tujuh kali.
Ini menunjukkan bagaimana keistimewaan Mourinho membentengi timnya dan membekali mereka serangan balik.
Adapun Ajax menang 4-1 pada semifinal pertama melawan Lyon sebelum kalah 1-3 pada babak semifinal kedua. Pertahanan klub legendaris dari Belanda ini terkesan longgar, meski penampilan mereka tetap istimewa.
Baca: Final Liga Europa: MU vs Ajax; Rashford Andalan, Rooney Cadangan
Tujuh dari 11 pemain utama Ajax ketika mengalahkan Lyon pada semifinal pertama masih berusia di bawah 21 tahun.
Gaya main Ajax sekarang juga mengingatkan akan kejayaan mereka semasa Johan Cruyff dan kawan-kawan melahirkan revolusi taktik total football, pada periode 1970-an. Mereka terus menekan dengan energi berlebih.
Penampilan anak-anak asuhan Bosz ini mengingatkan Barcelona akan era Pep Guardiola. “Barcelona punya aturan tiga detik. Kami bukan Barcelona, jadi saya tambahkan dua detik lagi,” kata Bosz.
Tiga atau lima detik itu adalah batas waktu tim kehilangan bola dan mereka harus segera merebutnya kembali.
Ajax mempesona pada penampilan pertama di final kejuaraan Eropa dalam 22 tahun. Tapi United matang dan didukung Mourinho yang berpengalaman di Eropa.
ESPN | GUARDIAN | SPORT MOLE | PRASETYO