TEMPO.CO, Surabaya - Pelatih Persebaya Surabaya Divisi Utama, Miroslav Janu, meninggal dunia di Rumah Sakit Islam Jemursari, Surabaya, Kamis, 24 Januari 2013. Pelatih berkebangsaan epublik Chek yang pernah menukangi Arema Malang dan Persela Lamongan itu berpulang karena serangan jantung.
Manajer Persebaya Divisi Utama, Bambang Pramukantono, mengatakan Janu mengembuskan napas terakhir pada pukul 12.20 WIB. Sebelumnya, ia dilarikan dari tempat tinggalnya di apartemen Arya Duta di kawasan pusat perbelanjaan City of Tommorow, Waru, Sidoarjo, pukul 10.40 WIB. “Janu mengeluh sesak napas,” kata Bambang yang ikut mengurusi jenazah.
Sesampainya di rumah sakit, Janu sempat mendapatkan perawatan berupa suntikan dan alat bantuan pernapasaan. Namun, kata Bambang, Janu kemudian kejang-kejang. “Tepat pukul 12.20 ia meninggal,” ujar Bambang.
Bambang menambahkan, meninggalnya Janu cukup mendadak karena sebelumnya tidak ada tanda-tanda sakit. Bersama asisten pelatih Tony Ho, Janu tetap serius memberikan porsi latihan kepada anak-anak asuhnya untuk menyongsong putaran kompetisi divisi utama di bawah Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia. “Kami tak menyangka secepat itu,” kata Bambang.
Pemerintah Belanda menetapkan pada September mendatang akan menerbitkan uang baru dengan gambar Hendrik Johannes Cruijff (di Indonesia lebih dikenal sebagai Johan Cruyff), mantan pemain/kapten tim nasional Belanda. Sebagai pemain, Cruyff adalah motor terlaksananya pola total football yang diarsiteki pelatih Rinus Michels dan sempat bikin tercengang persepakbolaan dunia ketika dipraktikkan Michels dalam Piala Dunia 1974 di Muenchen, Jerman Barat. Saat itu Belanda berhasil masuk final, tapi dikalahkan Jerman Barat 1-2.
Pemerintah Belanda menetapkan pada September mendatang akan menerbitkan uang baru dengan gambar Hendrik Johannes Cruijff (di Indonesia lebih dikenal sebagai Johan Cruyff), mantan pemain/kapten tim nasional Belanda. Sebagai pemain, Cruyff adalah motor terlaksananya pola total football yang diarsiteki pelatih Rinus Michels dan sempat bikin tercengang persepakbolaan dunia ketika dipraktikkan Michels dalam Piala Dunia 1974 di Muenchen, Jerman Barat. Saat itu Belanda berhasil masuk final, tapi dikalahkan Jerman Barat 1-2.