TEMPO.CO, Surabaya - Sekitar seribu Bonek, julukan pendukung Persebaya Surabaya 1927, Minggu, 7 April 2013, berunjuk rasa di Taman Bungkul,Surabaya. Mereka mengecam hasil Kongres Luar Biasa PSSI yang tidak mengakomodasi klub kesayangannya masuk dalam penyatuan liga pada 2014 mendatang.
Selain diisi orasi, para Bonek juga melakukan penggalangan tanda tangan di atas kain putih kepada masyarakat umum sebagai bentuk dukungan terhadap Persebaya 1927. Menurut koordinator pengunjukrasa, Andi Kristianto alias Andi Peci, tanda tangan masyarakat itu akan diserahkan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo.
Andi menyayangkan Persebaya 1927 yang nota bene lebih punya legitimasi justru yang dikorbankan oleh PSSI. Sebaliknya PSSI malah menerima Persebaya Divisi Utama yang dibentuk secara mendadak pada era Nurdin Halid. “Aksi ini kami lakukan agarRoytahu Persebaya mana yang lebih didukung Bonek maupun masyarakat,”kata Andi.
Dalam aksinya para Bonek juga menghimpun pernak-pernik benda yang berkaitan dengan Persebaya. Bentuknya berupa replika kostum Persebaya, pin, buku, gantungan kunci, topi, gelang dan lain-lain. Andi dan kawan-kawan menunggu sampai pernak-pernik yang terkumpul berjumlah 1.927 sesuai kelahir Persebaya. ”Setelah genap 1.927 pernak-pernik tersebut akan kami kirimkan kepada presiden,” ujar Andi.
Keputusan KLB PSSI yang tidak mengakui Persebaya 1927 membuat chief executive officer (CEO) klub tersebut, Gede Widiade, langsung menyatakan mundur. Gede mengkritik konsep unifikasi liga yang dinilainya sewenang-wenang dan mengorbankan klub yang memiliki sejarah panjang dalam persepakbolaan nasional.
Menurut Gede, konsep unifikasi liga seharusnya mengikutsertakan semua klub tanpa pandang bulu. Sebagai negara yang luas, kata Gede, tak masalah peserta kompetisi banyak. Ia membandingkan dengan Singapura dengan anggota kompetisi berjumlah 28 klub. ”Konsep unifikasi yang digagas kelompok tertentu itu tidak sehat karena menimbulkan konflik baru. Seharusnya semua klub diakomodasi dan diseleksi lewat kompetisi.”
KUKUH S WIBOWO