TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Sudah 15 tahun Andrea Pirlo menghibur penonton di lapangan hijau. Atraksi terakhirnya datang dari tendangan bebas indah yang membuat Italia unggul 1-0 atas Meksiko di Piala Konfederasi 2013, sebelum akhirnya Italia menang dengan skor 2-1. Itulah gol ke-13 Pirlo tepat saat sang maestro meraih 100 caps untuk Azzuri.
"Itu seperti mimpi yang menjadi kenyataan bermain 100 kali untuk Italia," kata Pirlo kepada Marca, Selasa, 18 Juni 2013. "Aku melakukannya di stadion historis di Maracana rasanya seperti menggulai kue."
Pirlo mengatakan penampilannya sekarang tak bisa lepas dari tangan dingin Carlo Ancelotti, mantan pelatihnya di AC Milan dulu. Di tangan Don Carlo, Pirlo yang tak berkembang di Inter Milan menjelma jadi deep-lying playmaker jempolan sekaligus maestro di lapangan.
"Carlo adalah teman, orang yang hebat dan saya berharap yang terbaik untuknya, di mana pun dia berada," ujar Pirlo. "Dia seorang pelatih yang menakjubkan, saya sangat senang bermain di bawah bimbingannya dan kami hanya harus menunggu dan melihat masa depan membawanya. Sudah jelas Madrid adalah klub besar dan saya yakin bahwa salah satu mimpi Carlo adalah melatih di sana."
Bagi Pirlo, Ancelotti merupakan sosok pelatih yang jenius. Dia mempunyai filosofi sepak bola yang baik, dan itu terbukti dari klub-klub yang telah Ancelotti latih.
"Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan selain hal-hal baik tentang dia, dia seorang teman," kata Pirlo. "Dia seorang pelatih yang luar biasa, yang memperlakukan pemainnya dengan baik dan sangat disukai di dalam ruang ganti."
Real Madrid saat ini sedang mencari pengganti Jose Mourinho yang hengkang ke Chelsea setelah sempat bermasalah dengan ruang ganti Santiago Bernabeu dan dimusuhi media Spanyol. Menurut Pirlo, Ancelotti merupakan pengganti Mou yang paling tepat, sosok jenius yang selalu disukai banyak orang, di manapun dirinya melatih.
