Pemain Tim Nasional Indonesia U-23, Andik Vermansyah. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Bandung - Pemain Selangor FA asal Indonesia Andik Vermansyah mengatakan lebih nyaman bermain sepakbola di luar negeri daripada di tanah airnya sendiri. Andik beralasan, bermain sepakbola di negeri orang lebih membuatnya bangga dan tentu saja segi finansial dan keamanan lebih terjaga.
"Bagi saya bermain di luar negeri lebih enak ya. Mungkin suatu saat nanti saya kembali ke Indonesia, tapi untuk saat ini saya masih ingin bermain di luar negeri bahkan mungkin lebih lama lagi," ucap Andik kepada awak media di hotel V, Jalan terusan Sutami, Bandung, Kamis, 21 Mei 2015.
Ketika diminta membandingkan antara sepakbola Indonesia dengan Malaysia, Andik mengatakan untuk skala persepakbolaan di Asia Tenggara, cenderung sama baik dari kualitas pemain ataupun panasnya kompetisi. "Sama sih paling beda dikit," ujar Andik.
Andik berharap kisruh sepak bola Indonesia bisa segera selesai dan mendapatkan titik terang. Pasalnya, kata Andik yang sempat memperkuat Persebaya Surabaya, carut marut itu berefek bagi semua kalangan yang bergelut di dunia sepak bola nasional.
Bahkan bagi pemain asal Indonesia yang merumput di luar negeri seperti Andik akan kena imbas kekacauan itu. Apalagi jika FIFA sebagai induk sepakbola dunia mengeluarkan sanksi. Menurut Andik, jika FIFA memberikan sanksi, persepakbolaan nasional dipastikan kebakaran jenggot.
Pada 17 April 2015, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi meneken Surat Keputusan Nomor 01307 Tahun 2015. Surat itu berisi pembekuan PSSI karena tidak menanggapi surat teguran pertama (8 April) dan tidak memberikan jawaban yang relevan dengan isi surat teguran kedua (15 April). PSSI juga tidak menjawab surat peringatan ketiga (16 April) sampai tenggat 24 jam berakhir.
Semua surat teguran tersebut berkaitan dengan kisruh kompetisi Liga Super Indonesia (LSI). PSSI dan PT Liga Indonesia dinilai mengabaikan rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia yang mencoret Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dari daftar peserta kompetisi LSI 2015 karena adanya klaim kepemilikan ganda. Namun, ternyata kedua klub tetap melakukan dua pertandingan di kandang masing-masing.
Akibat kasus itu, FIFA mengirim surat ke PSSI meminta permasalahan yang terjadi dalam sepak bola Indonesia segera diselesaikan. Mereka pun menentukan batas waktunya, yakni 29 Mei 2015. Jika belum ada kejelasan setelah batas waktu itu, FIFA bisa menjatuhkan sanksi kepada pengelola sepak bola Indonesia berupa larangan mengikuti semua kegiatan yang dinaungi badan sepak bola dunia.