TEMPO.CO, Zagreb - Arsenal tidak dapat melanjutkan catatan bagus pertandingan Liga Inggris mereka ke Liga Champions. The Gunners ditaklukkan klub Kroasia, Dinamo Zagreb, 1-2, dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Maksimir, Zagreb, Kamis dinihari, 17 September 2015.

Arsenal tertinggal 0-1 di menit ke-24 karena Alex Oxlade-Chamberlain bunuh diri. Olivier Giroud kemudian diganjar kartu merah pada menit ke-40. Di menit ke-58, Junior Fernandes menambah keunggulan menjadi 2-0. Theo Walcott memperkecil kekalahan Arsenal menjadi 2-1 melalui golnya di menit ke-79.

Ini bukan awal baik di Liga Champions. Manajer Arsenal, Arsene Wenger, punya analisis soal kekalahan mereka. Di bawah ini beberapa hal yang telah dipelajari Wenger dan beberapa pemain Arsenal dari kekalahan mereka di Zagreb:

1. Penguasaan bola yang lebih bagus bukan jaminan jika lawan punya pertahanan baik.

Menurut Wenger, timnya lebih menguasai bola. Ucapan ini sesuai dengan data yang ditampilkan Daily Mail. Arsenal punya persentase penguasaan bola lebih besar, yaitu 60,6 persen. Namun, lawan punya pertahanan bagus. "Mereka bermain sepenuh hati dan bertahan dengan baik," ujar Wenger.

Salah seorang pemain, Theo Walcott, juga mengatakan hal senada. "Kami bermain dengan sangat baik," ujarnya. "Kami menguasai bola lebih banyak, tapi itu terlambat."

2. Keputusan wasit yang tidak adil cukup berperan merugikan salah satu tim.

"Saya merasa Zagreb melakukan beberapa pelanggaran untuk menghentikan kami tanpa dihukum wasit, khususnya pada serangan-serangan balik saat pemain kami tinggal sepuluh orang," kata Wenger. "Kami memang tidak menampilkan performa terbaik, tapi wasit juga tidak."

Menurut Wenger, apa yang terjadi dengan Giroud adalah sebuah kecelakaan. "Saya berpikir dia tidak akan mendapat kartu kuning kedua," ujarnya. "Itu bukan kesengajaan."

Wenger mengatakan jika yang dilakukan Giroud layak digajar kartu kuning, seharusnya ada beberapa kejadian lain yang juga diperlakukan sama. Namun, wasit tidak melakukannya.

3. Sekeras apa pun usaha tim, bermain dengan sepuluh orang tetaplah sulit.

Gelandang Arsenal Mikel Arteta mengatakan tim yang bermain dengan sepuluh orang selalu menjadi pihak yang didominasi. "Kami ketinggalan 1-0 dan bertanding hanya dengan sepuluh pemain," ujarnya. "Kami harus mengambil risiko dnegan hanya menempatkan tiga pemain di belakang. Kami harus mencetak gol, tapi juga harus kuat di belakang."

Bagaimana pun, Theo Walcott mengatakan bermain itu bukan hal mudah. "Kami punya pengalaman bermain dengan sepuluh orang dan memang hal itu susah," ujarnya. "Sejujurnya Anda tidak akan pernah mempersiapkan diri untuk bermain hanya dengan sepuluh orang."

ARSENAL | GADI MAKITAN