Kantongi Rp 27 Miliar dari FIFA, Platini Anggap Wajar
Editor
Yocta Nurrahman
Rabu, 7 Oktober 2015 20:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden sepak bola Eropa (UEFA), Michel Platini, tidak menyembunyikan apapun terkait pembayaran senilai lebih dari 2 juta dolar AS (1,8 juta euro atau setara Rp 27,5 miliar) yang ia terima dari FIFA. Hal itu dikatakan juru bicara Platini, Rabu, terkait rencana pemeriksaan oleh jaksa Swiss.
Sebelumnya, Platini dikabarkan akan diperiksa kejaksaan Swiss terkait pembayaran pada tahun 2011, yang disebutkan untuk pekerjaan konsultan yang ia lakukan saat bekerja dengan Presiden FIFA Sepp Blatter antara tahun 1998 dan 2002.
"Presiden merasa bahwa ia telah memberikan penjelasan yang memuaskan kepada pihak berwenang yang menangani kasus ini," kata juru bicara Platini, Pedro Pinto, kepada wartawan di Leaders Sport Business Summit di London.
Jaksa Agung Swiss Michael Lauber mengatakan ada bukti bahwa pembayaran itu "tidak patuh" dengan kepentingan FIFA. Namun, Platini mengatakan pembayaran hanya tertunda karena kendala keuangan di markas besar FIFA.
Pinto menambahkan, "Dia merasa bahwa tidak ada hal lain untuk ditambahkan karena ia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun dan oleh karena itu tidak perlu untuk membela dirinya sendiri ke publik pada saat ini."
Platini yang merupakan mantan kapten timnas Prancis, menjadi salah satu calon presiden FIFA untuk menggantikan Blatter. Kini dengan munculnya kasus hukum ini, peluangnya pun menjadi mengecil.
Reinhard Rauball, kepala liga sepak bola Jerman, pekan lalu menyatakan bahwa Platini telah gagal memberikan "penjelasan yang kredibel" atas pembayaran tersebut.
FIFA belakangan terlilit berbagai kasus korupsi, sehingga terjerembab dalam krisis terburuk yang pernah ada. Kondisi itu dimulai pada bulan Mei ketika Jaksa Amerika mendakwa 14 pejabat sepak bola dan eksekutif bisnis olahraga atas keterlibatan dalam pemberian suap lebih dari 150 juta dolar AS. Di tengah badai korupsi itu, pada 4 Juni, Blatter yang baru sehari terpilih mengumumkan bahwa ia akan mundur dengan pemilihan presiden baru akan diadakan pada Februari tahun depan.
ANTARA