TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Pelaksana Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Joko Driyono yakin keberadaan dirinya sebagai pemilik saham mayoritas di klub
Persija Jakarta tak melanggar aturan apapun. Langkah akuisisi itu, kata dia, adalah langkah untuk meningkatkan profesionalisme klub-klub di Indonesia.
Joko mengatakan langkah semacam ini sudah pernah dilakukan PSSI sebelumnya. Biasanya, intervensi PSSI dilakukan saat melihat klub yang bersangkutan telah dalam kondisi kritis.
Ia mengatakan Persija sudah diamati oleh PSSI sejak lama. Dalam beberapa tahun terakhir, klub dengan julukan Macan Kemayoran itu dijerat berbagai masalah. Mulai dari finansial hingga manajemen. Dengan sejarahnya yang panjang, PSSI menilai akan sangat disayangkan jika Persija akhirnya dijual dan jatuh ke pihak yang tak memiliki dasar dunia sepak bola.
Joko pun mengatakan hal semacam ini tak berarti PSSI akan menganakemaskan Persija. Ia pun menegaskan tak akan terlibat dengan kebijakan manajemen Persija. Ia telah menyerahkan kebijakan itu pada Gede Widiade yang menjadi Direktur Utama Persija.
"Itu komitmen dari pemegang saham kepada Pak Gede untuk memisahkan antara yang sifatnya korporasi di bidang
policy, dengan yang sifatnya operasional yang ditangani direktur," kata Joko.
Baca: Ketua Jakmania Jelaskan Perusakan GBK di Final Piala PresidenPersija Jakarta saat ini diketahui oleh tiga pemegang saham, yakni Yayasan Persija Muda (5%), PT Persija Jakarta Hebat (15%), dan PT Jakarta Indonesia Hebat (80%).Nah Joko Driyono adalah pemegang saham mayoritas di PT Jakarta Indonesia Hebat, mencapai 95 persen.
Joko berkata sebelum ia masuk, pada 2017, Persija dimiliki satu pihak saja."Jadi saya masuk layaknya men-driveproses ini agar Persija migrasi dari struktur kepemilikan centralized, menjadi struktur kepemilikan kolektif. Ini penting karena agar Persija tak tergantung dengan seseorang," kata dia.
Tujuan kedua Joko adalah mengubah struktur manajemen di dalam tubuh Persija. Ia ingin agar di tingkat manajemen teknis klub tak mendapat intervensi dari pihak pemegang saham. Profil klub seperti itu, yang dinilai Joko menjadi cita-cita PSSI agar bisa diterapkan di seluruh Indonesia.
Wacana
menjual Persija
untuk menyelamatkan klub pun muncul. Joko
mengaku khawatir Persija
akan melangkah ke arah yang salah jika dibeli oleh sembarang pihak yang tak mengenal sepak bola. Pada 2017, Joko
dan PSSI masuk lewat kepemilikan saham atas nama PT Jakarta Indonesia Hebat (PT JIH).
Baca: 7 Fakta Penting Kompetisi Liga 1 2018 yang Dibuka 23 Maret
"Boleh dibilang itu gayung bersambut dengan pak Ferry. Saya bilang punya gagasan itu, kemudian pak Ferry dan beberapa teman lain butuh personal guarantee. Karena gagasan saya diterima, maka semacam jaminannya, nama saya dicantumkan di dalam aspek legal (sebagai pemegang saham PT JIH)," kata JokDri.
Penggunaan namanya sebagai pemegang saham, kata Joko, adalah semacam jaminan saja. Untuk membuktikan dan menunjukkan komitmennya terhadap gagasan itu, namanya harus dipakai agar stakeholder lebih percaya.
Menurut Joko, langkah menyelamatkan klub seperti pada Persija, juga pernah dilakukan saat membantu Persiba Bantul, Persis Solo, hingga Arema Malang. Ia juga menyebut gagasan sama bisa dipakai pada klub lain. "Tak hanya Persija. Jika kami melihat ada klub yang dilihat bisa
improve, kita siap untuk menjadi partner mereka," kata
Joko Driyono.