Mesut Ozil Mengklaim Dirinya Telah Dijadikan Propaganda Politik
Reporter
Terjemahan
Editor
Hari Prasetyo
Senin, 23 Juli 2018 15:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mesut Ozil mengundurkan diri dari pertandingan tim nasional Jerman dan mengkritik rasisme yang terjadi dalam Federasi Sepak Bola Jerman (DFB). Hal itu dikatakan Ozil setelah ia merasa dijadikan kambing hitam atas kegagalan timnya pada Piala Dunia 2018 di Rusia.
Baca: Mesut Ozil Kecewa pada Media Jerman
Dalam sebuah pernyataannya, pemain gelandang bertipe playmaker ini mengklaim dirinya telah dijadikan propaganda politik dan tidak lagi merasa bangga mengenakan kostum tim nasional.
Baca: Mesut Ozil: Saya Mundur Karena Rasisme dan Tidak Dihargai
Ozil menjadi menjadi sasaran tembak dari kritik bertubi-tubi setelah Jerman tersingkir pada babak pertama Piala Dunia 2018 di Rusia. Ini dialami Jerman untuk pertama kali dalam 80 tahun terakhir.
Baca: Mesut Ozil: Saya Jerman ketika Menang, Imigran saat Kalah
Kegagalan tersebut terjadi setelah pemain Jerman berusia 29 tahun yang memiliki keturunan Turki berfoto bersama presiden Turki yang kontroversial, Recep Tayyip Erdogan, di di London, Inggris, Mei lalu.
Melalui media sosial Twitter, Ozil mengunggah tiga lembar pernyataan pengunduran dirinya dari tim nasional Jerman pada Minggu, 22 Juli 2018.
Ozil, yang merupakan keturunan campuran antara Jerman dan Turki, mengatakan pada Minggu malam lalu itu bahwa ia dan keluarganya meneriman ucaran kebencian melalui surat elektronik, ancaman via telepon, dan pelecehan lainnya lewat media sosial.
Dalam sebuah pernyataannya di Twitter, Ozil menulis, “Perlakuan yang saya terima dari DFB dan banyak pihak lain membuat saya ingin berlama-lama lagi mengenakan kostum tim nasional Jerman. Saya merasa tak dikehendaki dan berpikir apa yang saya raih sejak debut saya di tim nasional 2009 telah dilupakan.”
“Saya tak akan bermain lagi untuk tim Jerman di tingkat pertandingan internasional karena merasa sudah diwarnai rasisme dan tidak menghormati. Saya sudah mengenakan kostum tim nasional Jerman dengan penuh kebangggaan dan penuh gairah, tapi sekarang tidak,” Ozil melanjutkan.
“Ketika para pengurus teras DFB memperlakukan saya seperti mereka, tidak menghormati akar Turki saya, dan secara egois mengubah persoalan saya menjadi propaganda politik, maka cukup sudah cukup,” tulis Ozil.
“Ini bukanlah hal yang membuat saya bermain sepak bola dan saya tidak akan duduk saja dan tidak berbuat apa-apa. Rasisme seharusnya tidak pernah bisa diterima,” tegas Ozil.
“Saya orang Jerman ketika menang, tapi saya seorang Imigran ketika kami kalah. Apakah ada kriteria menjadi orang Jerman sepenuhnya yang tidak bisa saya lakukan? Teman saya Lukas Podolski dan Miroslav Klose tidak pernah disebut Jerman-Polandia. Jadi mengapa saya orang Jerman-Turki? Apakah karena saya seorang Muslim?” tulis Ozil dalam pernyataannya.
Podolski dan Klose adalah mantan pemain tim nasional Jerman. Mereka rekan-rekan bermain dari Ozil ketika membawa Jerman mencapai semifinal Piala Eropa 2012 dan menjuarai Piala Dunia 2018.
Pada awal pernyataannya di Twitter ini, Ozil mempertahankan keputusannya bersama dua rekan pemain, Illkay Gundogan, yang juga pemain tim Jerman, dan pemain Everton, Cenk Tosun, untuk menemui Erdogan, presiden Turki yang kontroversial, ketika berada di London, Mesi lalu. Ia bilang kritik dan celaan terhadap pertemuan itu tidak menghormati kepada keturunan keluarganya.
Dalam kunjungan di London tiga hari, Erdogan menerima banyak protes dari kelompok pendukung hak asasi manusia dan dinilai sebagai seorang diktaktor pada era modern ini.
Pertemuan Ozil cs dengan Erdogan saat itu segera menimbulkan kehebohan di Jerman. Manajer tim sepak bola Jerman, Oliver Bierhoff, bahkan secara terbuka mengatakan Ozil seharusnya dicoret dari tim nasional karena pertemuan itu.
Baca: Mesut Ozil, Luka Integrasi yang Muncul Sejak Jelang Rusia 2018
“Buat saya, berfoto bersama Presiden Erdogan adalah bukan soal politik atau pemilihan umum. Itu adalah soal sikap saya untuk menghormati pemimpin tertinggi pemerintah di negara asal keluarga saya,” tulis Ozil di Twitter.
MAIL ONLINE | GUARDIAN | BBC