TEMPO.CO, Jakarta - Amanda Staveley yang pertama mencuat namanya ketika pada 14 April 2020 tersiar kabar bahwa akan ada pengambilalihan kepemilikan Newcastle United dari Mike Ashley.

Hal itu berdasarkan kelayakan perjanjian 30 halaman yang mesti dipublikasikan di Inggris jika terjadi sebuah kesepakatan bisnis.

Adapun 30 halaman itu berisi nota kesepahaman antara perusahaan PCP Capital Partners yang dibawa Staveley dengan Mike Ashley dan kawan-kawan soal persiapan pengambilalihan kepemilikan.

Tapi, dalam lembar-lembar kesepakatan itu Staveley tak hanya membawa bendera PCP Capital Partners, tapi juga Reuben Brothers, dan ini yang penting, yaitu konsorsium dari Arab Saudi, Saudi Public Investment Fund (PIF), dengan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman atau Mohammad bin Salman, di dalamnya.

Belakangan nama Mohammad bin Salman yang lebih menonjol karena terbukti melalui konsorsium Arab Saudi, PIF, mereka yang menjadi tulang punggung proses pembelian hak kepemilikan Newcastle United sebesar 300 juta pound sterling atau sekitar Rp 5,8 triliun.

Dari laporan Sky Sports dan Independent, Senin 20 April 2020, Ketua PIF, Yasir Al-Rumayyan, akan mengambil alih posisi ketua Newcastle United.

Tapi, PCP Capital Partners yang dibawa Staveley akan terlibat dalam urusan sehari-hari klub berjuluk the Magpies ini. Proses pergantian pemilik klub ini diperkirakan akan rampung 30 April 2020.

Staveley ini sudah sejak 2017 dikaitkan dengan pembelian kepemilikan Newcastle United dari Mike Ashley. Adapun Ashley mengambil alih penguasaan the Magpies ini sejak 2008. Ashley sempat dikabarkan menyebut Staveley sebagai orang yang membuang-buang waktu. Kelak bisa disimpulkan, wanita ini tak juga bergerak membeli Newcastle United sejak 2017, karena sedang mencari mitra yang sangat layak.

Wanita berusia 47 tahun ini, selain kisah selebritasnya dengan Pangeran Andrew, juga dikenal sebagai perempuan pengusaha yang tangguh, dari awal karier membangun rumah makan sampai jadi ahli keuangan.

Sebelum nama Mohammad bin Salman lebih menonjol di Newcastle United, Staveley sempat digelari oleh Daily Mail sebagai calon first lady kedua di sepak bola Inggris setelah Karren Brady yang kini memimpin West Ham United.

Bersuamikan pengusaha dari Iran, Mehrdad Ghoudossi, Amanda Louise Staveley memang terkenal dekat dengan kalangan pengusaha dan penguasa Timur Tengah.

Pada 2008, dialah yang membawa keluarga Kerajaan Abu Dhabi dan Qatar serta melalui badan usaha keuangan Qatar untuk menginvestasikan 7,3 miliar pound sterling ke Barclays, bank investasi multinasional di Ingggris. Kita ingat sebutan Barclays English Premiere League di divisi tertinggi Liga Inggris.

Adalah Staveley yang juga ikut mengantarkan keluarga Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan dari Abu Dhabi mengambil alih kepemilikan Manchester City pada September 2008.

Ia juga nyaris membawa para konglomerat Timur Tengah ini memiliki Liverpool FC, sebelum kalah bersaing dengan raja pengusaha olahraga Amerika Serikat, John W. Henry, dengan Fenway Sports Group miliknya.

Dengan reputasi Amanda Louise Staveley seperti itu, Financial Times menyuguhkan cerita menarik, yaitu pada Oktober 2019 ketika Amanda dan suaminya berada di kapal pesiar supermewah milik Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammad bin Salman, yang berada di Laut Merah.

Di dalam kapal itu juga ada Yasir al-Rumayyan, ketua Saudi Arabia Public Invesment, dan Ketua SoftBank Masayoshi Son, Mukesh Ambani.

Dalam tur di kapar pesiar itulah, diskusi dilakukan dan menghasilkan keputusan untuk membeli klub Liga Primer Inggris, Newcastle United, yang dipimpin perusahaan keuangan dari Arab Saudi itu.

Meski Liga Primer Inggris dan sepak bola dunia umumnya kemudian dihentikan karena pandemi virus corona, perundingan dengan pengusaha raksasa retail, Mike Ashley, soal pembelian Newcastle United yang dipimpin Amanda Staveley terus berlangsung dan mencapai kata sepakat.