Tato Amanda Staveley, Marina Granovskaia, dan Newcastle United
Reporter
Non Koresponden
Editor
Hari Prasetyo
Selasa, 21 April 2020 17:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tak ada berita sepak bola yang lebih mengagetkan pada masa penuh keprihatinan karena pandemi virus corona –dengan pemotongan atau penundaan gaji yang tak bisa dihindari di mana-mana- selain pembelian kepemilikan klub Newcastle United.
Di tengah bahasa umum yang kini sedang terjadi, dari Barcelona, Arsenal, sampai klub yang bukan kategori tim “selebritas” seperti Shefield United, yaitu efisiensi, reduksi, dan berbagai penghematan lain, Amanda Staveley membawa rombongan Pangeran Muhammad bin Salman dari Arab Saudi untuk mengambil alih kepemilikan klub berjuluk the Magpies ini dari Mike Ashley, pengusaha retail di Inggris.
Jika seperti yang selama ini tersiar –karena memang terlampir dalam sebuah dokumen resmi yang dilaporkan ke publik- pengambilalihan kepemilikan Newcastle United dengan pembelian 300 juta pound sterling atau sekitar Rp Rp 5,8 triliun, ditargetkan rampung pada 30 April 2020.
Sungguh ini sesuatu yang kontras jika pandemi virus corona kelak akan berlalu, cepat atau lambat –sebagaimana Barcelona sudah menyiapkan Stadion Camp Nou ditutup sampai 2021.
Sebab, rata-rata klub kemungkinan akan seperti menginjak rem kuat-kuat, terutama ketika terjun dalam bursa transfer jual-beli pemain, begitu jendela atau masa berlakunya dibuka kembali.
Newcastle United sebaliknya. Kita bisa membayangkan para eksekutif dari Saudi Arabia Public Invesment Fund yang dimasukkan Pangeran Salman ke dalam struktur eksekutif kepengurusan Newcastle United dan campur tangan Amanda Staveley dengan PCP Capital Partners dalam urusan keseharian manajemen the Magpies ini, akan melakukan serangan yang luar biasa dalam jendela transfer.
Kalau perlu Lionel Messi bisa diboyong –meski di atas kertas sangat sulit karena sejarah panjangnya dengan Barcelona-, sebuah frasa yang berkembang dalam berita-berita spekulasi saat ini adalah menggambarkan betapa kuatnya gebrakan yang akan dilakukan Newcastle United dengan manajemen baru.
Yang perlu juga diperhatikan, apakah kelak investasi besar-besaran yang akan dilakukan para pangeran dari Timur Tengah ini kemudian akan mendapat kendala yang sama seperti di Manchester City.
Berita Manchester City akan dilarang tampil di Liga Champions selama dua musim dan proses banding atas vonis itu yang diajukan mereka kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga di Lausanne, Swiss, seperti tersapu oleh badai pandemi virus corona yang menghentikan sepak bola sejak pertengahan Maret lalu.
Manchester City dinyatakan bersalah melanggar peraturan Financial Fair Play dari badan sepak bola Eropa, UEFA, dengan vonis bahwa mereka merekayasa laporan keuangan antara tahun 2016 dan 2018.
Peraturan Financial Fair Play diperkenalkan pada 2011, yaitu klub-klub Eropa dilarang menggelontorkan dana melebihi alokasi gaji pemain dan membatasi jumlah yang dimasukkan pemilik klub untuk menutup kerugian.
Manchester City, berdasarkan laporan investigasi majalan Jerman, Der Spiegel, menggelembungkan nilai dana sponsor yang masuk dari nilai aslinya.
Pemilik Manchester City, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan dan keluarga penguasa di Abu Dhabi, Uni Emirat, berdasarkan dokumen yang ditemukan, yang mendanai sebagian besar dana yang masuk dan terdaftar atas nama sponsor itu.
FFP ini didasarkan pada konsep kesetaraan dan persaingan sehat, sehingga biarkan klub-klub berjuang sesuai dengan kemampuannya mengelola agar bisa mengusahakan neraca keuangan yang kuat melalui pemasukan yang diterimanya.
Tapi, ada sejumlah pihak yang menuduh bahwa pelanggaran FFP yang dikenakan kepada Manchester City ini sebenarnya hanya cara atau desakan dari klub-klub papan atas dunia untuk mencegah munculnya raja baru di sepak bola dunia.
Kita tahu di luar urusan FFP itu, kedatangan Sheikh Mansour dan kawan-kawan menjadikan Manchester City, yang sebelumnya diposisikan selalu di bawah bayang-bayang Manchester United, kian tumbuh meraksasa dan mencapai puncaknya di era kepemimpinan mantan manajer Barcelona, Pep Guardiola.
Perlu diingat adalah Amanda Staveley juga yang berperan penting dalam proses pembelian Manchester City oleh Sheikh Mansour dan kawan-kawan pada 2008.
Amanda Staveley, perempuan pengusaha berusia 47 tahun dari Inggris itu, tentu belajar dari kasus Manchester City terakhir.
Jika proses kesepakatan pengambilalihan kepemilikan Newcastle United akan berjalan mulus sampai 30 April 2020, Amanda Staveley dan perusahaannnya akan bertindak manajer aset untuk klub the Magpies ini.
Amanda Staveley, orang Inggris asli, dan seperti kebanyakan dari mereka adalah pecinta sepak bola dan kini bersiap tumbuh dari seorang suporter menjadi eksekutif klub.
Di antara suporter Newcastle United, mengutip dari Financial Times edisi 7 April 2020, adalah Alex Hart, seorang kepala jurumasak berusia 26 tahun.
Hart sudah menyiapkan rajahan tattoo di tubuhnya: Potret dati Amanda Staveley. “Jika ia menjadi bagian dari tim, itu akan menolong Newcastle United menjadi besar lagi (seperti pada era manajer Kevin Keegan periode 1990-an). Saya penggemar dia (Amanda),” kata Hart.
Ini tantangan bagi Amanda Staveley, jika seperti di berita-berita yang berkembang, Pangeran Salman jadi memberikan porsi penting buat Amanda di Newcastle United.
Jauh sebelum investasi besar Timur Tengah masuk ke Liga Primer Inggris dan kemudian ke Ligue 1 Prancis melalui Paris Saint-Germain, jalur dari Rusia ditempuh konglomerat Roman Abramovich untuk menguasai Chelsea.
Dan, kemudian, masuk para pengusaha raksasa olahraga Amerika Serikat, Malcolm Glazer, Stan Kronke, dan John W. Herry ke Manchester United, Arsenal, dan Liverpool.
Di Chelsea, Abramovich punya semacam tangan kanannya yang dijuluki wanita besi dan mantan karyawan perusahaannya, Marina Granovskaia.
Wanita Kanada-Rusia berusia 45 tahun ini sangat berkuasa di Chelsea sebagai direktur olahraga. Frank Lampard sebagai manajer tim punya keahlian mengajukan proposal pemain. Tapi, kata akhirnya ada di Marina yang piawai dalam melakukan negosiasi dengan para agen pemain.
Karena itu, tatto potret diri Amanda Stavely yang dirajah di tubuh Alex Hart akan berarti kalau wanita ini bisa berperan penting membangkitkan Newcastle United, sebagaimana Marina Granovskaia di Chelsea.