Liga Champions: Limpahan Minyak yang Akhirnya Meloloskan PSG ke Final
Reporter
Non Koresponden
Editor
Hari Prasetyo
Minggu, 23 Agustus 2020 16:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Final Liga Champions Eropa di Stadion Sport Lisboa e Benfica, Lisabon, Portugal, dinihari nanti, Senin 24 Agustus 2020, menghadirkan dua generasi klub sepak bola yang berbeda, antara Paris Saint-Germain (PSG) dan Bayern Munich atau Bayern Munchen.
Baca Juga: Banyak yang Unggulkan Bayern, Rooney Pegang PSG
Paris Saint-Germain masih muda. Mereka berdiri pada 1970. Sedangkan Bayern Munich di muka 130 tahun lebih dulu dengan berdiri pada 1900. Ketika PSG, demikian antara lain klub dari Paris ini biasa suka disebut, baru erusia empat tahun, klub dari Munich sudah menjulang tinggi dengan menjadi tulang punggung Jerman Barat memenangi Piala Dunia. Frans Beckenbauer, Jupp Heynckes, Uli Hoenes, dan kawan-kawan.
Tapi, limpahan kekayaan minyak yang dimiliki Qatar, melalui Qatar Sports Invesment (QSI), sejak 2010 telah melicinkan jalan PSG untuk bisa dengan cepat meraksasa seperti Bayern Munich didukung sejumlah perusahaan raksasa Jerman, termasuk produsen perlengkapan olahraga Adidas.
Pada 2010, PSG sudah bisa memenangi Piala Prancis tapi hanya finis di urutan ke-13 Ligue 1. Pada 2011, kepemilikan PSG dibeli Qatar Sports Investments dan kemudian menjuarai Ligue 1 tujuh kali dalam delapan tahun terakhir.
PSG kemudian melakukan dua kali transfer pembelian pemain terbesar dalam sejarah mereka dan juga sepak bola dunia, yaitu terhadap dua pemain penyerang, Neymar dan Kylian Mbappe dalam 2017.
Tapi, jalan menuju ke partai-partai atas Liga Champions ibarat tidak semulus uang dari limpahan minyak yang digelontorkan dari Qatar. Mereka baru mencapai semifinal lagi, 25 tahun setelah pertama kali dan terakhir menembus empat besar kejuaraan ini.
“Ini sangat spesial. Ini untuk pertama kali kami mencapai semifinal. Ini sejarah buat klub,” kata Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi, setelah mereka mengalahkan Atalanta pada perempat final musim ini. Pada 1995, sebelum Al-Khelaifi dan kawan-kawan datang membawa uang dari Qatar, PSG maju ke semifinal sebelum dikalahkan klub Seri A Liga Italia lainnya yang lebih meraksasa, AC Milan, 1-0 dan 2-0.
Musim ini dengan format turnamen sejak perempat final karena adanya pandemi virus corona, PSG kemudian mengalahkan bintang baru juga tapi dari Jerman, Red Bull Leipzig, 3-0 pada semifinal di Lisabon, 19 Agustus 2020.
PSG kini klub terkaya kelima di dunia, menurut to Deloitte's Football Money League. Pendapatan mereka dalam 2018/19 sebesar 635,9 juta euro atau sekitar Rp 11 triliun.
Suporter klub lain terkadang suka mentertawakan PSG yang masih miskin tradisi, karena baru didirikan pada 1970.
Selain itu, butuh waktu hampir satu dekade buat pemilik Paris Saint-Germain, Qatar Sports Investments (QSI), dengan gelontoran dana 1,2 miliar euro atau sekitar Rp 20 triliun untuk membuat PSG bisa menembus partai puncak kejuaraan utama antarklub Eropa itu. Terutama, untuk membeli Neymar, Mbappe, Angel Di Maria, dan kawan-kawan yang kini menghuni skuad PSG dan Thomas Tuchel, pelatih dari Jerman yang dulu melatih saingat berat Bayern Munich di Bundesliga, yaitu Borussia Dortmund.
Dengan Neymar, bintang sepak bola paling berkilau saat ini setelah Lionel Messi, dan Mbappe, pahlawan muda Prancis ketika menjuarai Piala Dunia 2018, Thomas Tuchel sudah berhasil mengalahkan tiga pelatih papan atas dunia yang sebelumnya menangani PSG, yaitu Carlo Ancelotti, Laurent Blanc, dan Unai Emery. Tuchel membawa PSG untuk pertama kali dalam sejarah mencapai final Liga Champions. Dinihari nanti, akan menjadi sangat sensasional jika kemudian Paris Saint-Germain alias PSG berhasil mengalahkan sang raksasa dan pembawa kemapanan, Bayern Munich atau Bayern Munchen di final.