Sistem IT Manchester United Diserang Hacker, Penyelidikan Masih Berjalan
Reporter
Terjemahan
Editor
Rina Widiastuti
Minggu, 29 November 2020 19:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sistem IT Manchester United lumpuh sudah lebih dari sepekan ini, karena adanya serangan dari hacker. Saat ini penyelidikan masih berjalan untuk menemukan hal sensitif yang mungkin dimiliki peretas.
Ada kekhawatiran materi rahasia mengenai target pemain dan misi pengawasan yang sedang berjalan. Ahli cyber forensik dikerahkan untuk menemukan rahasia klub yang mungkin diambil peretas.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa peretas meminta tebusan jutaan pound sterling dari United agar informasi rahasia tidak bocor. Namun, pejabat klub menolak permintaan itu.
Saat ini Man United masih keteteran dengan gangguan ini karena seluruh sistem email klub dinonaktifkan lebih dari sepekan setelah serangan itu.
Situasi ini berdampak pada operasi kepanduan global United dengan jendela transfer Januari yang akan mulai dibuka beberapa pekan lagi, serta mengganggu perencanaan lanjutan yang sedang berlangsung untuk aktivitas pemain musim panas mendatang.
Baca juga: Manchester United, Liverpool, Real Madrid Bersaing Kejar Samuel Chukwueze
Seperti semua klub papan atas, United mengoperasikan sistem online yang dipesan lebih dulu berdasarkan data analisis dan video.
Sistem tersebut kini diyakini menjadi bagian dari penyelidikan forensi yang sedang berlangsung.
Semua detail tentang target pemain jangka panjang dan pendek yang aktif disimpan dalam file di dalam sistem dan diperkirakan digabung dengan detail data pribadi sensitif skuad mereka, diduga menjadi target peretas.
Jon Nicholls, pimpinan pakar keamanan jaringan Check Point yang menelusuri insiden itu, memuji langkah United yang merespons serangan itu dengan cepat. Ia mengatakan, insiden itu menjadi bukti adanya tren yang mengkhawatirkan bagi klub-klub besar.
"Tidak jelas jenis serangan yang menghantam klub, tetapi karena pernyataan mereka menyebut bahwa itu mematikan sistem yang terpengaruh untuk menampung kerusakan dan melindungi data, ini menunjukkan ransomware."
"Dan mungkin serangan pemerasan ganda di mana penyerang mencuri data dengan ancaman membocorkannya, serta mengenkripsinya untuk mengganggu operasi," kata Nicholls.
"Ini adalah tren yang berkembang pesat di tahun 2020, dan organisasi seperti klub sepak bola adalah target utama karena sistem mereka menyimpan detail dari ratusan ribu orang termasuk penggemar, karyawan, pemain, serta data bisnis dan pembayaran yang sensitif."
Man United mengatakan tidak ada sumber eskternal yang memiliki kendali atas sistem mereka dan proses untuk memulihkan layanan internal utama sudah sangat maju.
Klub Liga Inggris itu juga bersikeras bahwa mereka tidak mengetahui adanya data penggemar yang dikompromikan oleh penjahat di balik serangan itu meskipun pelacakan forensik masih dilakukan oleh para ahli dunia maya.
MIRROR