Final Euro 2020 Terancam Dipindah dari London ke Budapest

Reporter

Terjemahan

Editor

Febriyan

Jumat, 18 Juni 2021 16:10 WIB

Pemain Inggris Raheem Sterling membobol gawang Kroasia dalam pertandingan Grup D Piala Eropa di Stadion Wembley, 13 Juni 2021. Pool via REUTERS/Laurence Griffiths

TEMPO.CO, Jakarta -Partai final Euro 2020 yang awalnya direncanakan digelar di Stadion Wembley, London, Inggris disebut terancam dipindah ke Stadion Puskas Arena, Budapest, Hungaria. Badan Sepak Bola Eropa (UEFA) mengajukan syarat yang membuat Pemerintah Inggris dalam dilema.

Media Inggris Daily Mail menyebutkan bahwa UEFA meminta pemerintah Inggris memberlakukan pelonggaran protokol kesehatan Covid-19 untuk sekitar 2500 tamu VIP pada partai final tersebut.

Pemerintah Inggris saat ini mengharuskan setiap orang yang datang dari negara berstatus merah dan kuning dalam daftar perjalanan mereka untuk melakukan isolasi mandiri selama 10 hari. UEFA meminta Inggris memberikan pengecualian terhadap para tamu VIP mereka yang termasuk di dalamnya adalah pejabat mereka, politisi dan perwakilan dari sponsor.

UEFA juga meminta para tamu VIP untuk diberi izin melihat secara langsung sesi latihan masing-masing tim dan menghadiri rapat dengan Pemerintah Inggris tanpa menjalani isolasi mandiri.

Tak hanya partai final, UEFA juga meminta pelonggaran dilakukan sejak babak gugur. Selain laga final, Stadion Wembley rencananya akan menjadi tempat pertandingan babak 16 besar dan dua partai semifinal.

Advertising
Advertising

Selain itu, mereka juga meminta pemerintah Inggris memberikan izin agar suporter tim yang nantinya akan bertanding di sana hadir tanpa harus menjalani isolasi mandiri. UEFA menyatakan bahwa para suporter itu nantinya hanya harus menjalani tes PCR dan tinggal dengan konsep bubble dimana mereka hanya boleh melakukan pergerakan secara terbatas dan menetap di Inggris kurang dari 24 jam.

Masalahnya, semua tim yang bermain di Euro 2020 saat ini berasal dari negara yang dinyatakan masuk ke daftar kuning oleh pemerintah Inggris, kecuali Turki yang masuk ke daftar merah.

Menurut laporan itu, Pemerintah Inggris masih terus mendiskusikan permohonan UEFA tersebut. Meskipun demikian, UEFA optimis pemerintah Inggris akan mengabulkan permintaan mereka sehingga partai final tetap berlangsung di Stadion Wembley. Jika tidak, UEFA menyatakan mereka telah menyiapkan strategi cadangan.

"Kami memahami tekanan yang dihadapi Pemerintah Inggris dan kami berharap bisa mencapai hasil yang memuaskan dari diskusi soal masalah yang kami ajukan," kata UEFA dalam pernyataan resminya.

"Akan selalu ada rencana cadangan tetapi kami yakin pekan terakhir turnamen ini akan digelar di London."

Meskipun UEFA tak menyebutkan kemana mereka akan memindahkan laga semifinal dan final, Daily Mail meyakini mereka menyiapkan Stadion Puskas Arena di Budapest, Hungaria, sebagai kandidat pengganti Stadion Wembley. Menurut mereka, Hungaria, tak memiliki peraturan yang ketat untuk pendatang.

Saat ini saja, Stadion Puskas Arena menjadi satu-satunya yang diperbolehkan diisi penuh di setiap laga babak penyisihan grup Euro 2020. Hal itu tak lepas dari keberanian pemerintah di sana yang melakukan percepatan vaksinisasi Covid-19 kepada warganya.

Dari 9,8 juta jiwa warga di sana, 5,3 juta diantaranya disebut telah mendapatkan vaksin sebelum putaran final Piala Eropa 2020 dimulai. Mereka juga hanya mensyaratkan para pendatang untuk mendapatkan hasil tes negatif Covid-19 72 jam sebelum pertandingan jika ingin menonton langsung di stadion.

Situasi seperti ini tak asing bagi Inggris. Mereka sempat nyaris menggelar final Liga Champions musim lalu setelah UEFA memutuskan memindahkan laga itu dari Istanbul, Turki. Akan tetapi pemerintah Inggris tak mau memberikan pengecualian seperti yang diminta UEFA sehingga akhirnya partai yang mempertemukan Chelsea vs Manchester City itu digelar di Lisbon, Portugal.

Perdana Menteri Inggris, Boris Jhonson, menurut Daily Mail, menghadapi dilema atas permintaan UEFA itu. Jika mengizinkan pengecualian itu, dia dipastikan akan mendapatkan tekanan dari masyarakat Inggris karena selama setahun belakangan mereka tak dapat leluasa bergerak akibat aturan isolasi yang ketat.

Jika tidak mengizinkan pengecualian, Inggris akan kembali kehilangan kesempatan menggelar partai puncak ajang besar dan disebut bisa saja mempengaruhi langkah mereka untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030. Yang pasti, Jhonson memiliki waktu setidaknya dua pekan untuk menentukan apakah partai final Euro 2020 akan digelar di Stadion Wembley atau tidak. Timnas Inggris sendiri belum pasti tampil pada partai itu.

DAILY MAIL

Berita terkait

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

10 jam lalu

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan kerja di London, bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris The Rt. Hon. Greg Hands MP

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

20 jam lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

1 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

1 hari lalu

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

Lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO), mendapat kompensasi 992 juta Euro terkait kasus suap pembelian pesawat Garuda pada 2017

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

2 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

2 hari lalu

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

Cradle of Filth tak hanya sebuah band metal, mereka simbol keberanian untuk mengekspresikan ketidaknyamanan, kegelapan, dan imajinasi lintas batas.

Baca Selengkapnya

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

3 hari lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

4 hari lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

4 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

5 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya