Petualangan Roberto Mancini ke Puncak dan Dasar Jurang Bersama Timnas Italia

Reporter

Antara

Editor

Nurdin Saleh

Sabtu, 26 Maret 2022 10:26 WIB

Roberto Mancini. Instagram

TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Italia menjalani rollercoaster yang ekstrim. Delapan bulan lalu, mereka dielu-elukan karena berhasil menjuarai Euro 2022. Kini, mereka terperosok ke jurang dan gagal lolos ke Piala Dunia untuk kedua kalinya secara beruntun.

Musim panas lalu nyaris semua pandit sepak bola satu per satu bergantian menyampaikan puja puji atas keberhasilan Azzurri menjuarai EURO 2020. Sosok Roberto Mancini dipuji setinggi langit karena mampu merevolusi tim dan membangkitkan dari kegagalan lolos ke Piala Dunia 2018.

Kini, kegagalan lolos ke putaran final Piala Dunia justru mereka alami lagi. Berdasarkan hasil undian playoff kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa, Italia bertemu dengan Makedonia Utara di semifinal Jalur C. Pertandingan itu tak ubahnya sebuah duel antara tim juara Eropa dan tim yang baru saja melakoni debut mereka di turnamen internasional pada musim panas lalu.

Secara komposisi tim, Italia seharusnya tidak kesulitan untuk melewati Makedonia Utara dan kemudian menciptakan final playoff Jalur C yang ideal menghadapi Portugal nantinya.

Nyaris sepanjang laga di Stadion Renzo Barbera, Palermo, Kamis (24 Maret), Gli Azzurri begitu mendominasi permainan seperti diperlihatkan statistik pertandingan di mana mereka memiliki tak kurang dari 65 persen penguasaan bola dan melepaskan sedikitnya 32 kali percobaan tembakan.

Ekspresi pemain timnas Italia, Domenico Berardi di akhir laga babak playoff kualifikasi Piala Dunia melawan Makedonia Utara di Stadion Renzo Barbera, Italia, 24 Maret 2022. Dua kegagalan beruntun itu baru pertama kali timnas Italia alami. REUTERS/Guglielmo Mangiapane


Segala dominasi itu, ditambah kehadiran pemain terbaik Eropa 2020/21 Jorginho dan pemain terbaik EURO 2020 Gianlugi Donnarumma di bawah mistar gawang, nyatanya tak cukup untuk menghindarkan publik penggemar sepak bola Italia dari salah satu kekecewaan terbesar mereka abad ini.

Ketika bola umpan sodoran Bojan Mioski diakhiri dengan sebuah tendangan spekulatif Aleksandar Trajkovski dari luar kotak penalti dan bersarang ke gawang Italia, publik tuan rumah marah sementara para pemain mereka dihantam tertunduk lesu atas kenyataan pahit itu.

Andai saja Ciro Immobile bisa mengendalikan lebih baik kekuatan tembakannya di awal laga, mungkin Italia akan menjalani pertandingan yang lebih nyaman. Andai saja Domenico Berardi bisa memanfaatkan satu saja dari empat percobaannya termasuk saat diberi bola cuma-cuma oleh kiper Stole Dimitrievski, mungkin Italia akan menciptakan final playoff ideal di Jalur C.

Tetapi laiknya hidup, sepak bola bukanlah tentang perandaian hal-hal yang mungkin terjadi. Maka Mancini, Jorginho, Donnarumma, Immobile, dan Berardi harus menerima kenyataan bahwa sekali lagi mereka hanya akan menonton dari layar kaca ketika putaran final Piala Dunia berlangsung.

Selanjutnya: Menuju Puncak dan Jurang Revolusi
<!--more-->

Menuju Puncak dan Jurang Revolusi

Sekira lima tahun yang lalu, kekecewaan yang sama menggelayuti publik sepak bola Italia ketika Gli Azzurri gagal meraih tiket putaran final Piala Dunia 2018 karena kalah agregat 0-1 dalam dua leg pertandingan playoff melawan Swedia.

Namun, publik Italia saat itu boleh dibilang tak berharap banyak karena kepelatihan Gian Piero Ventura yang tidak menimbulkan optimisme besar lantaran ia datang tanpa modal prestasi apapun ketika ditunjuk menggantikan Antonio Conte setelah Italia terhenti di perempat final EURO 2016.

Optimisme membuncah ketika Mancini ditunjuk menjadi nakhoda Gli Azzurri pada 14 Mei 2018.

Optimisme semakin membesar ketika Mancini sukses menyamai rekor pelatih legendaris Vittorio Pozzo berupa sembilan kemenangan kompetitif beruntun di pertandingan resmi saat melumat Liechtenstein 5-0 dalam pertandingan kualifikasi Euro 2020 Grup J di Vaduz pada 15 Oktober.

Rekor itu belakangan dimonopoli oleh Mancini setelah Italia juga memenangi dua pertandingan sisa kualifikasi Euro 2020 Grup J membuatnya jadi pelatih tersukses yang pernah membawa Gli Azzurri menang 11 pertandingan kompetitif beruntun.

Pemain timnas Italia, Giorgio Chiellini tampak kecewa di akhir laga babak playoff kualifikasi Piala Dunia melawan Makedonia Utara di Stadion Renzo Barbera, Italia, 24 Maret 2022. REUTERS/Guglielmo Mangiapane


Revolusi besar digaungkan Mancini di awal tenor kepelatihannya dengan skuad Italia yang berisikan tak satu pun pemain dari tim-tim besar berbasis di Milan, Roma maupun Turin.

Petualangan Mancini dan revolusi besarnya terus membuahkan hasil-hasil menawan hingga puncaknya ia mampu membimbing Italia tampil di final EURO 2020 melawan Inggris.

Laga di Wembley pada 11 Juli 2021 itu bukan saja menyudahi paceklik Italia tampil di final sebuah turnamen besar, tetapi dilengkapi dengan keberhasilan mengalahkan Inggris lewat adu penalti yang mengakhiri puasa gelar Gli Azzurri setelah Piala Dunia 2006.

Tak berhenti sampai di situ, Mancini juga sukses membuat Italia memecahkan rekor baru yakni rentetan nirkalah dalam 36 pertandingan kompetitif melampaui Brazil dan Spanyol yang sebelumnya berbagi rekor itu.

Pemecahan rekor pada 5 September 2021 dengan hasil imbang 0-0 melawan Swiss dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa Grup C itu diikuti dengan penajaman tiga hari kemudian saat Italia menang telak 5-0 atas Lithuania di Reggio Emilia.

Sayangnya, rekor itu berakhir sebulan berselang ketika Italia takluk 1-2 melawan Spanyol dalam semifinal final four UEFA Nations League 2020/21 pada 6 Oktober 2021.

Empat hari sesudah rekor itu berakhir, Italia mampu mengalahkan Belgia dalam perebutan tempat ketiga UEFA Nations League 2020/21 tetapi sejak itu grafik penampilan Gli Azzurri bergerak menuju jurang perjalanan revolusi mereka bersama Mancini.

Italia gagal menang dalam dua pertandingan terakhir di kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa Grup C ditahan imbang 1-1 oleh Swiss di Roma pada 12 November dan cuma bermain nirgol di Belfast melawan Irlandia Utara.

Dua hasil itu memaksa Italia yang hingga pertandingan ketujuh masih memuncaki Grup C berakhir di posisi kedua klasemen akhir dan harus melewati fase playoff untuk perebutan satu dari tiga tiket terakhir putaran final Piala Dunia 2022 bagi zona Eropa.

Selepas kekalahan melawan Makedonia Utara di Palermo, Kamis (24 Maret), lengkap sudah puncak dan jurang revolusi Mancini bersama Italia.

"Juli lalu (menjuarai EURO 2020) merupakan hal terbaik yang saya alami di level profesional, dan ini adalah kekecewaan terbesar," kata Mancini selepas kekalahan itu.

"Sayangnya, inilah sepak bola, hal-hal luar biasa terjadi di dalamnya, pertandingan semacam ini misalnya, kami memiliki begitu banyak kesempatan."

"Sejak menjadi juara Eropa, mungkin keberuntungan yang menaungi kami berbalik menjadi kesialan, sekarang kami harus tahu apa itu sebuah penderitaan," ujar Mancini.

Selanjutnya: Saatnya Berdami dan Beranjak

<!--more-->
Saatnya Berdami dan Beranjak

Seperti yang dikatakan Mancini, ini saatnya bagi skuad Gli Azzurri untuk memahami penderitaan, berdamai dengannya dan beranjak menuju tantangan yang masih akan menanti mereka di masa mendatang.

Tentu saja, berdamai dan beranjak jauh lebih mudah dikatakan ketimbang dilakoni. Ambil contoh Jorginho, pemain terbaik UEFA 2020/21 itu mengaku ia sepertinya akan dihantui dua kegagalannya di sisa masa hidupnya.

Sejak memulai karier profesionalnya, Jorginho punya statistik gemilang dalam urusan mengkonversi tendangan titik putih dengan 38 keberhasilan dalam 44 kesempatan.

Ekspresi pemain timnas Italia, Marco Verratti di akhir laga babak playoff kualifikasi Piala Dunia melawan Makedonia Utara di Stadion Renzo Barbera, Italia, 24 Maret 2022. Timnas Italia takluk 0-1 saat menjamu Makedonia Utara akibat gol Alesandar Trajkovski, yang tercipta di saat injury time. REUTERS/Guglielmo Mangiapane


Tidak ada waktu yang tepat bagi sebuah kegagalan, tapi Jorginho jelas menyesali mengapa dua kegagalan penaltinya harus lahir dalam dua momen penting yang bisa memuluskan jalan Italia tampil di putaran final Piala Dunia 2022.

Dua-duanya datang ketika Jorginho harus berhadapan dengan kiper gaek Swiss Yann Sommer. Pada 5 September 2021 eksekusi penalti Jorginho begitu dekat dengan jangkauan Sommer dan publik tuan rumah Swiss bersorak sorai merayakan kegagalan itu dengan pertandingan yang berakhir imbang nirgol.

Lantas pada 12 November 2021 Jorginho berpeluang untuk menjadi pemecah kebuntuan 1-1 melawan Swiss di Roma saat berjalan mendekati titik putih tepat di pengujung waktu normal dan membawa satu kaki Italia ke Qatar. Yang terjadi justru lebih ironis sebab eksekusi penalti Jorginho melambung tinggi di atas mistar gawang, laiknya sebuah ramalan harapan Italia yang kemudian hilang beberapa bulan berselang.

"Sungguh sakit bila memikirkannya, saya masih terbayang-bayang dan mungkin itu akan menghantui sepanjang hidup saya," kata Jorginho kepada RAI Sport setelah Italia disingkirkan Makedonia Utara.

"Dua kali berada di dekat titik putih dan tak mampu membantu timmu, negaramu adalah sesuatu yang akan membekas bersama saya."

"Orang-orang bilang kita harus terus menegakkan kepala dan terus melangkah, tapi itu sungguh berat," katanya.

Jorginho kini sudah memasuki umur kepala tiga dan genap berusia 31 tahun ketika putaran final Piala Dunia 2022 berlangsung di Qatar nanti.

Ketika Italia gagal mencapai putaran final Piala Dunia 2018, sedikitnya tiga nama veteran yakni Andrea Barzagli, Daniele De Rossi dan kiper legendaris Gianluigi Buffon memutuskan pensiun dari timnas. Hal itu juga disusul pemecatan Ventura dari kursi pelatih timnas dan pengunduran diri Carlo Tavecchio dari jabatan presiden federasi sepak bola Italia, FIGC.

Menilik skuad Italia saat ini, selain Jorginho sedikitnya ada tujuh nama lain yang sudah berusia kepala tiga termasuk kapten mereka Giorgio Chiellini (37) dan tandem abadinya Leonardo Bonucci (34).

Bukan tidak mungkin tren pensiun juga akan mengikuti kegagalan Italia tampil di Piala Dunia 2022 ini, tetapi yang patut dipertanyakan adalah apakah Mancini masih punya resolusi untuk membangkitkan kembali revolusinya di Gli Azzurri.

"Saat ini terlalu dini untuk membicarakan masa depan, kami harus mencerna kekalahan ini. Secara hubungan antarmanusia, saya bisa bilang saya mencintai para pemain ini lebih dalam ketimbang setelah kesuksesan Juli lalu," kata Mancini.

Pada akhirnya Roberto Mancini memang hanya punya pilihan terbatas: berhenti dari timnas atau berdamai dengan kegagalannya dan beranjak menumbuhkan kembali benih-benih era baru timnas Italia.

Baca Juga: Daftar Tim yang Sudah Lolos Piala Dunia dan Jadwal Undiannya

Berita terkait

Hasil Bola Laga Persahabatan: Timnas Italia Kalahkan Ekuador 2-0 berkat Gol Pellegrini dan Barella

39 hari lalu

Hasil Bola Laga Persahabatan: Timnas Italia Kalahkan Ekuador 2-0 berkat Gol Pellegrini dan Barella

Timnas Italia berhasil mengalahkan Ekuador dengan skor 2-0 dalam laga persahabatan.

Baca Selengkapnya

Timnas Argentina vs El Salvador Sabtu Pagi WIB, Simak Masa Depan Pelatih Lionel Scaloni

42 hari lalu

Timnas Argentina vs El Salvador Sabtu Pagi WIB, Simak Masa Depan Pelatih Lionel Scaloni

Menjelang laga timnas Argentina vs El Salvador, pelatih Lionel Scaloni menguraikan pernyataan yang diungkapkannya pada November 2023.

Baca Selengkapnya

Jadwal Timnas Italia vs Venezuela di Laga Uji Coba: Luciano Spalletti Akan Uji Taktik Baru

43 hari lalu

Jadwal Timnas Italia vs Venezuela di Laga Uji Coba: Luciano Spalletti Akan Uji Taktik Baru

Pelatih Timnas Italia Luciano Spalletti akan menguji taktik baru ketika menghadapi Venezuela dalam laga uji coba, Jumat dinihari, 22 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Pemain Inter Milan Francesco Acerbi Dicoret dari Timnas Italia karena Dugaan Sikap Rasis

45 hari lalu

Pemain Inter Milan Francesco Acerbi Dicoret dari Timnas Italia karena Dugaan Sikap Rasis

Francesco Acerbi dicoret dari daftar skuad Timnas Italia menjelang dua laga persahabatan melawan Venezuela dan Ekuador karena sikap rasis.

Baca Selengkapnya

Hasil Undian UEFA Nations League 2024/2025: Timnas Italia, Belgia, dan Prancis Tergabung di Grup Neraka

9 Februari 2024

Hasil Undian UEFA Nations League 2024/2025: Timnas Italia, Belgia, dan Prancis Tergabung di Grup Neraka

Hasil undian UEFA Nations League musim 2024/2025, Kamis, 8 Februari 2024, menempatkan Timnas Italia, Belgia, dan Prancis tergabung di grup neraka.

Baca Selengkapnya

5 Pelatih Termahal di Piala Asia 2023, Shin Tae-yong Termasuk?

1 Februari 2024

5 Pelatih Termahal di Piala Asia 2023, Shin Tae-yong Termasuk?

Pelatih Arab Saudi Roberto Mancini menjadi pelatih termahal di Piala Asia 2023 dengan gaji lebih dari Rp 441 miliar per tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Asia 2023: Tinggalkan Lapangan di Tengah Adu Penalti, Pelatih Arab Saudi Roberto Mancini Minta Maaf

31 Januari 2024

Piala Asia 2023: Tinggalkan Lapangan di Tengah Adu Penalti, Pelatih Arab Saudi Roberto Mancini Minta Maaf

Roberto Mancini tidak menyaksikan Hwang Hee-chan mengonversi tendangan penentu Korea Selatan di babak 16 besar Piala Asia 2023.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi vs Korea Selatan di Piala Asia 2023, Roberto Mancini dan Jurgen Klinsmann Saling Waspada

30 Januari 2024

Arab Saudi vs Korea Selatan di Piala Asia 2023, Roberto Mancini dan Jurgen Klinsmann Saling Waspada

Roberto Mancini dan Jurgen Klinsmann saling mewaspadai kekuatan satu sama lain menjelang laga Arab Saudi vs Korea Selatan di Piala Asia 2023.

Baca Selengkapnya

Piala Asia 2023: Arab Saudi vs Korea Selatan, Simak Head-to-Head Roberto Mancini dan Jurgen Klinsmann

29 Januari 2024

Piala Asia 2023: Arab Saudi vs Korea Selatan, Simak Head-to-Head Roberto Mancini dan Jurgen Klinsmann

Sebelum pertemuan Arab Saudi dan Korea Selatan di Piala Asia 2023 ini, kedua tim berhadapan dalam laga uji coba pada September lalu.

Baca Selengkapnya

Pemilihan Pemain Arab Saudi untuk Piala Asia 2023 Dikritik, Roberto Mancini Tetap Setia pada Filosofinya

24 Januari 2024

Pemilihan Pemain Arab Saudi untuk Piala Asia 2023 Dikritik, Roberto Mancini Tetap Setia pada Filosofinya

Roberto Mancini mengklaim Arab Saudi berpeluang menjadi juara Piala Asia 2023.

Baca Selengkapnya