Gubernur Jawa Timur Khofifah Berharap Tragedi Kanjuruhan Tak Terulang
Reporter
Antara
Editor
Rina Widiastuti
Minggu, 2 Oktober 2022 13:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap Tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan 129 orang meninggal tidak terulang lagi.
Peristiwa itu terjadi setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, berakhir dengan kekalahan tuan rumah 2-3, Sabtu, 1 Oktober 2022.
“Semoga ini yang terakhir dan semua pihak bisa mengambil pelajaran berharga dari insiden tadi malam,” ujar Khofifah kepada wartawan di sela meninjau korban di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Minggu, 2 Oktober 2022.
Khofifah menyampaikan duka cita atas peristiwa tersebut. Ia pun berjanji akan berupaya semaksimal mungkin memberikan penanganan terbaik bagi korban.
Untuk korban yang mengalami luka-luka, biaya pasien yang dirawat di RS Saiful Anwar ditanggung sepenuhnya oleh Pemprov Jatim. Sedangkan, pasien yang dirawat di rumah sakit milik kabupaten/kota maka biaya akan ditanggung oleh Pemkot/Pemkot setempat.
“Santunan kematian juga disampaikan ke keluarga korban,” ucap Khofifah.
Gubernur Jawa Timur juga menyempatkan diri menjenguk korban luka-luka dan menemui keluarga korban yang sudah menunggu.
Korban Meninggal Dimandikan dan Disalatkan sebelum Diantar ke Rumah Duka
Gubernur Khofifah mengatakan pihak rumah sakit akan memandikan korban meninggal dari Tragedi Kanjuruhan dan menyalatkan di RS Saiful Anwar sebelum diantar ke rumah duka.
“Kalau warga dan keluarga kembali menyalatkan di rumah duka dipersilakan. Sekali lagi, kami turut berduka cita atas insiden ini,” katanya.
Berdasarkan data terakhir, korban meninggal akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya bertambah menjadi 129 orang.
Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam Tragedi Kanjuruhan ini, petugas menembakan gas air mata untuk menangani suporter yang bergejolak usai kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya di Liga 1.
Baca Juga: Tewaskan 129 Orang, Tragedi Arema vs Persebaya Urutan Kedua di Dunia dalam Jumlah Korban Jiwa