KLB PSSI: Begini Perbandingan Program Erick Thohir dan La Nyalla Mattalitti sebagai Calon Ketua Umum
Editor
Nurdin Saleh
Jumat, 27 Januari 2023 14:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Erick Thohir merupakan calon kuat untuk posisi ketua umum dalam Kongres Luar Biasa atau KLB PSSI pada 16 Februari 2023. Ia kemungkinan akan bersaing dengan La Nyalla Mattalitti.
Sebenarnya, dalam KLB PSSI nanti, ada lima calon yang akan bersaing. Namun, tiga nama lain, yakni Doni Setiabudi, Fary Djemy Francis, dan Arief Putra Wicaksono kemungkinan akan sulit bersaing dengan Erick Thohir dan La Nyalla.
Lalu, akan dibawa ke mana PSSI bila Erick Thohir atau La Nyalla berkuasa? Hal ini setidaknya bisa dilihat dari program yang diusung keduanya. Program-program mereka ini nantinya akan disampaikan dihadapan pemilik suara (voter) sebelum dilakukan pemilihan dalam KLB.
Simak rangkumannya:
Program Erick Thohir sebagai Calon Ketua PSSI
Erick Thohir, yang merupakan Menteri BUMN, sudah kenyang pengalaman di bidang olahraga dan sepak bola. Ia pernah menjadi Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Ia pernah memiliki dan memimpin klub Liga Italia Inter Milan. Ia juga pernah jadi pemilik saham DC United dan kini masih memiliki saham di Oxford United dan Persis Solo.
Bila terpilih jadi ketua umum PSSI, Erick Thohir bertekad akan menciptakan sepak bola yang bersih, jauh dari tangan-tangan kotor. Untuk itu, ia menenkankan perlunya "rule of the game" yang harus dipatuhi semua elemen PSSI tanpa terkecuali.
Dengan adanya rule of the game tak perlu lagi khawatir soal tangan-tangan kotor maupun konflik kepentingan. Sebab, nantinya akan ada standar yang harus dipenuhi dan ada aturan yang memastikan semuanya berjalan sesuai koridor.
Ia juga menekankan bahwa perbaikan akan butuh waktu. Karena itu ada program jangka pendek hingga panjang. Namun, untuk tahap pertama, dia memandang penting agar sepak bola bersih dulu.
Erick Thohir sudah memiliki gambaran ideal pembangunan sepak bola yang bisa dicontoh Indonesia: Jepang. Ia bahkan mengajak seluruh pihak mencontoh Jepang yang menyusun cetak biru membangun sepak bola Jepang sejak 1991.
"Di sana main sepak bola tidak individualistis, tapi maju mundur seperti ombak. Di sana pemain bahkan memastikan loker bersih, penontonnya juga demikian. Ini kultur," kata dia, seperti dikutip Antara.
Ia tak mau mempertentangkan antara dunia olahraga dan pemerintah. "Kadang-kadang ada dikotomi antara olahraga dengan pemerintah. Tidak mungkin ketika ingin membangun sesuatu, pemerintah, masyarakat, asosiasi beda, itu nggak nyaman," kata dia.
Erick ingin sepak bola Indonesia menjadi pemersatu bangsa dan bukan malah memecah-belah persatuan.
"Setiap ada pertandingan sepak bola masyarakat ketakutan, orang tua ketakutan anaknya yang jadi suporter nggak pulang. Jangan sampai sepak bola jadi kesedihan, bukan jadi kebahagiaan, orang tua kehilangan anaknya, kakak kehilangan adik, adik kehilangan kakak," katanya.
Baca Juga: Daftar Calon Final untuk KLB PSSI Diumumkan 31 Januari
Erick menegaskan untuk mewujudkan sepak bola yang bersih, perlu ada teknologi sehingga pertandingan tidak hanya mengandalkan wasit.
"Tidak bisa menyalahkan semua ke wasit. Wasit juga manusia, dicubit sakit, harus dibina, ekonomi baik atau tidak, pendidikan baik atau tidak, termasuk terkait kewasitannya itu. Intinya sepak bola bersih itu harus dibangun," kata dia.
Selanjutnya: Program La Nyalla
<!--more-->
Program La Nyalla Mattalitti sebagai Calon Ketua Umum PSSI
La Nyalla Mattalitti adalah Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Ia menjadi anggota Exco PSSI 2011-2015 lalu menjadi Ketua Umum Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI)-- di masa dualisme PSSI.
La Nyalla kemudian menjabat Wakil Ketua Umum PSSI periode 2013-2015. Pada periode tersebut, ia juga menjabat sebagai Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sepak Bola Indonesia.
Ia kemudian menjadi Ketua Umum PSSI pada 2015. Namun, di masa kepemimpinnya PSSI dibekukan pemerintah. Sanksi FIFA pun kemudian jatuh buat Indonesia.
Sebagai calon Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti sudah menyiapkan sejumlah program. Ia menuangkannya dalam tujuh langkah.
Ia memandang perlu pembentukan tim pengembangan teknis atau technical development. Program itu mencakup peningkatan pemain, pelatih, dan wasit yang ujungnya bermanfaat bagi kompetisi.
Selain itu ada club empowerment atau pemberdayaan klub. Ini disebutkan La Nyalla, klub harus tumbuh kuat dan mandiri. Dengan tumbuh kuat dan mandiri, klub ini akan memperkuat pertumbuhan dan perkembangan sepak bola Indonesia yang baik ke depan.
La Nyalla juga ingin kompetisi atau liga yang tertata, mandiri, serta kuat untuk bisa menembus level Asia. Dalam menjalankan programnya, bila terpilih, La Nyalla juga menegaskan tak akan memakai lagi pengurus lama PSSI.
La Nyalla juga menyatakan menginginkan industri sepak bola Indonesia bisa tumbuh mandiri dan berkembang. "Saya memastikan industri sepak bola harus tumbuh mandiri dan fair. Tidak boleh ada kartel di sepak bola Indonesia yang milik rakyat ini," kata dia, seperti dikutip Antara.
"Saya ingin klub-klub di Indonesia tumbuh, industri (sepak bola) ini tumbuh, bukan klub yang sekarat, kejar-kejaran dengan harga pemain. Isinya harus anak negeri kita yang main, anak-anak bangsa kita."
Oleh sebab itu, LaNyalla bertekad memberantas mafia sepak bola Indonesia dan ingin membawa Indonesia lebih berprestasi jika terpilih menjadi Ketum PSSI pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang rencananya digelar 16 Februari. Ia menyebut, mafia bola merupakan penghalang kemajuan sepak bola.
"Yang jelas, tidak ada tempat sedikitpun bagi mafia bola, kita berantas mereka semua. Itu sudah saya buktikan. Karena, Indonesia yang pemenang, industri sepak bola-nya akan tumbuh," kata dia.
La Nyalla dan Erick Thohir, juga tiga calon ketua umum PSSI lainnya, akan bersaing untuk memperebutkan 87 suara dalam KLB PSSI mendatang. Voters itu terdiri dari 34 Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI, 18 klub Liga 1, 16 tim Liga 2, 16 tim Liga 3, dan tiga asosiasi yakni futsal, sepak bola wanita, dan pelatih sepak bola.
ANTARA | SKOR.ID
Baca Juga: Dua Menteri Nyalon di KLB PSSI, Bisakah Dianggap Bentuk Intervensi Pemerintah?