TEMPO Interaktif, Makassar - Panitia Pelaksana Pertandingan PSM Makassar menantang Komisi Disiplin Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait kerusuhan yang dilakukan kelompok suporter ketika PSM melawan Semen Padang, Sabtu pekan lalu. Semen Padang unggul 1-0 atas PSM.
“Insya Allah, kami akan ke Jakarta memenuhi panggilan mereka. Apapun keputusannnya kami Ikhlas. Tapi sampai sekarang surat pemanggilan itu belum kami terima,” kata Asisten Manajer Bidang Pertandingan M Sabri, Senin (29/11).Sabri mengakui, yang bertanggung jawab atas peristiwa ini adalah pihaknya. Tapi sebelum mengeluarkan sanksi, sebaiknya komisi mendengarkan penjelasan panitia terlebih dahulu. “Tidak mungkin ada api kalau tidak ada yang menyulutnya,” ucapnya.
Salah satu penyebab peristiwa ini, kata Sabri, karena ulah wasit asal Bandung Aeng Suarna yang memimpin pertandingan. Jelas-jelas salah seorang pemain belakangnya hansball di dalam kotak 16, tapi tidak diberikan hadiah penalti buat Tim Juku Eja.
Melihat kondisi seperti itu, salah seorang kelompok suporter menjadi berang, sehingga kerusuhan pun terjadi. Akibatnya pagar stadion dan sejumlah papan bilboard di pinggir lapangan dirusak massa.
“Kami akan membawa bukti rekaman pertandingan, agar komisi bisa mengetahuinya. Kami menginginkan Aeng diberi sanksi tegas pula,”ujar Sabri.
Sabri menduga, suporter yang rusuh merupakan orang-orang bayaran. Dilihat perilakunya, suporter yang terkoodinir di panpel, jauh berbeda. Bahkan Sabri menuding ada oknum tertentu yang tidak menginginkan PSM menjadi juara, sehingga berbagai cara dilakukan.
The Macz Man, Salah satu kelompok suporter PSM menyayangkan sikap suporter yang melakukan kerusuhan ini. Juru bicara The Macz Man, Coklat, mengatakan dugaan suporter bayaran ada benarnya, walaupun peristiwa itu tidak terlepas dari kepemimpinan wasit. “Mereka ini bukan suporter, tapi penghianat,” katanya.
Ia menyadari, sebagian kelompok suporter tidak bisa menerima kekalahan ini. Tapi menurutnya, tidak begini caranya. Dampaknya, PSM Makassar harus siap-siap menerima sanksi tanpa penonton atau partai usiran.
Da juga menyangkan kondisi stadion.
Banyaknya sisa-sisa balok yang berada di bagian tribun terbuka menjadi peluang bagi kelompok suporter untuk melakukan pengrusakan hingga berujung pada kerusuhan.
ARDIANSYAH RAZAK BAKRI