TEMPO Interaktif, Malang - Pelatih Persibo Bojonegoro, Paolo Camargo, mengaku timnya kalah kelas dari Arema, sehingga kalah 2-0 dalam laga Liga Prima Indonesia (LPI) di Stadion Gajayana, Kota Malang, Ahad, 18 desember 2011. Dua gol tuan rumah rumah tercipta lewat sundulan kepala bek Gunawan Dwi Cahyo dan gelandang serang Roman Chmelo (Slovakia) masing-masing di menit ke-12 dan 32 babak pertama.
“Pelatih mereka bagus, pemain mereka bagus-bagus, suporter mereka juga luar biasa. Banyak pemain kami yang bermain canggung. Dukungan 20 ribu penonton (tuan rumah) merupakan faktor penting dalam pertandingan sepakbola,” kata pelatih asal Brasil itu.
Kelemahan Persibo terletak pada persiapan yang pendek, sekitar dua bulan. Mayoritas pemain berusia muda, tujuh orang di antaranya dari tim U-21. Camargo sendiri memang mengaku menyukai pemain-pemain muda tapi juga membutuhkan pengalaman pemain-pemain senior. Karenanya, kombinasi pemain tua-muda menjadi pilihan paling realistis.
Di lapangan, Persibo paling merasakan lemah dalam mengantisipasi bola-bola mati yang dieksekusi Arema dan kalah dalam perebutan bola. “Tapi, melihat hasil pertandingan hari ini, kami punya harapan bagus ke depannya. Selamat buat Arema yang bermain sangat bagus.”
Kapten Persibo, Samsul Arif, menambahkan bahwa dirinya tak terlalu risau mampu mencetak gol atau tidak. Baginya, kerjasama tim lebih penting di lapangan, terlebih menghadapi tim sekaliber Arema. Ia mengaku banyak rekannya tampil kikuk atau grogi karena rata-rata baru pertama tampil di kompetisi kasta tertinggi.
“Di babak pertama kami memang tampil buruk. Di babak kedua permainan kami mulai berkembang dan mampu mengimbangi mereka,” kata Samsul. Sedangkan Milo menyebut pertandingan kandang kedua ini menjadi sangat menarik karena kehadiran Aremania. Jumlah Aremania bertambah banyak dibanding laga pertama lawan PSMS, Rabu (14/12), yang sekitar 15 ribu orang.
“Dukungan Aremania sangat istimewa. Terima kasih buat Aremania yang tak kenal lelah mendukung kami,” kata pelatih kelahiran Sarajevo, Bosnia-Herzegovina, 21 Juli 1964, itu.
Milo mengaku sedikit mengubah strategi di babak kedua. Timnya cenderung bertahan dan serangan dikendurkan karena sudah unggul 2-0. Tapi, begitu ada kesempatan, kekuatan serangan dilipatgandakan.
Pertandingan kandang kedua Arema ditonton 20.160 orang—kapasitas stadion sekitar 30 ribu orang. Aremania memenuhi tribun ekonomi dan tribun utama. Hanya puluhan orang yang menonton dari tribun VIP.
Ada fenomena menarik dari dua laga kandang. Tiap usai pertandingan, Milo dan pemain-pemain Arema melakukan selebrasi dengan menghadap Aremania, terutama yang menonton di bawah papan skor. Ia memeragakan gerakan yang sangat atraktif dan ekspresif yang menghibur dan menggugah semangat.
Caranya, Milo mengangkat kedua tangan terkepal ke atas menyerupai huruf “V”, lalu menurunkan kedua siku tangan sejajar pinggang dengan kedua tangan tetap terkepal dan kaki kiri diangkat menekuk. Milo meneriakkan “Aremania” dan “Salam Satu Jiwa”. Aremania membalas dengan gerakan dan yel-yel yang penuh semangat dan atraktif pula.
ABDI PURMONO