TEMPO.CO, Palembang - Ikatan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI) Sumatera Selatan dan beberapa media televisi lokal kecewa atas tindakan pelarangan meliput Kejuaraan dunia 2nd Super series Sepaktakraw 2012. Pelarangan itu dinilai tidak disosialisasikan secara baik, sehingga sempat terjadi ketegangan antara crew TV dengan penyelenggara kejuaraan.
Hal ini diungkapkan ketua IJTI Sumsel, Purwantoro saat melakukan konferensi pers di Media Center (MC) Kantor Gubernur, Kamis, 23 Februari 2012. Menurut Purwantoro, pihaknya sangat menyayangkan tindakan panitia kejuaraan sepak takraw yang melarang 10 wartawan televisi nasional dan empat wartawan televisi lokal untuk meliput pertandingan perdana kejuaraan sepak takraw dunia antara tim putra antara Indonesia versus Jepang.
“Saya sangat menyayangkan dan kecewa atas tindakan dari panitia ini, padahal kami memiliki akses untuk meliput pertandingan yaitu ID Card khusus dari panitia,” ujarnya.
Dijelaskannya, kejadian pelarangan peliputan dari panitia ini semestinya tidak perlu terjadi, jika panitia dari awal telah mengatakan atau mengkomunikasikan kepada pihakya bahwa pertandingan sepak takraw dunia ini telah memiliki hak siar yaitu UFA Sport.
“Mereka tidak ada komunikasi sejak awal soal hak siar kejuaraan sepak takraw ini. Bahkan pada hari terakhir konferensi pers mereka juga tidak menyinggung soal hak siar ini,” jelas purwantoro.
Purwantoro, yang merupakan wartawan ANTV ini memastikan pihaknya dapat memaklumi jika ada kesepakatan soal hak siar ini. “Jika kami tahu sejak awal kejuaraan sepak takraw ini mempunyai hak siar kami dapat memaklumi dan memahaminya. Dan kami akan mencari solusi atau bertanya apakah kami yang tidak memiliki hak siar ini mendapatkan space untuk meliput atau kami akan diberikan kaset pertandingan dari panitia,” katanya.
Lebih lanjut diungkapkannya, atas kejadian ini wartawan televisi baik nasional dan lokal telah menyatakan sikap bahwa tidak akan meliput kejuaraan pertandingan sepak takraw hingga kejuaraan tersebut selesai digelar. “10 wartawan TV nasional dan empat wartawan TV lokal sepakat tidak akan meliput kejuaraan sepak takraw ini. Bahkan meskipun sudah ada solusi nantinya. Hal ini untuk memberikan pelajaran bagi panitia sehingga kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali,” ungkap purwantoro.
Kepala Bagian Penerangan dan Pemberitaan Biro Humas Provinsi Sumsel, Irene Camelyn Sinaga, mengatakan, pihaknya telah melakukan mediasi kepada ISTAF tentang permasalahan ini. “Permasalahan ini sudah dimediasikan dan hasilnya besok (hari ini) akan dilakukan pertemuan di hotel aryaduta antara istaf dengan wartawan tv nasional serta lokal untuk mencari solusi permasalahan ini,” katanya.
PARLIZA HENDRAWAN