Kepala Sub Bagian Humas PT Gudang Garam Yuki Prasetyo mengatakan manajemen Persik mengajukan permohonan sponsor setelah sempat vakum pada tahun lalu. Sebelumnya Gudang Garam menggelontorkan dana Rp 1 miliar sebagai kompensasi pemasangan logo di Stadion Brawijaya sebesar Rp 300 juta. Sisanya dipergunakan untuk membayar gaji pemain dan operasional klub. "Kerja sama ini berakhir bulan Agustus 2012 lalu," kata Yuki, Rabu 6 Februari 2013.
Sejak habisnya masa kontrak tersebut, manajemen Persik, menurut Yuki bersikap pasif dan diam. Mereka juga tidak berusaha menghubungi Gudang Garam untuk memperpanjang kontrak. Sehingga sejak bulan itu, Gudang Garam benar-benar tidak mengikatkan diri sebagai sponsor Persik yang belakangan dilanda krisis keuangan akut. Hal ini karena konsorsium yang mengakuisisi Persik tak kunjung mengucurkan dana sesuai kesepakatan.
Menurut Yuki, baru satu pekan lalu manajemen Persik memasukkan proposal kerja sama lagi kepada Gudang Garam. Dan saat ini proposal tersebut masih diajukan kepada Divisi Marketing di Jakarta. Belum diketahui apakah perusahaan rokok terbesar di Kediri itu akan bersedia menjadi sponsor Persik atau tidak. "Kami masih hitung keuntungan bagi penjualan produk," kata Yuki.
Salah satu yang akan menjadi pertimbangan Gudang Garam dalam memutuskan kerja sama ini adalah status Persik yang turun ke Divisi Utama. Gudang Garam masih menghitung untung rugi mensponsori klub yang hampir sekarat itu.
Juru bicara Persik Anang Kurniawan membenarkan pengajuan proposal tersebut. Manajemen kekurangan anggaran untuk menjalani kompetisi selama dana dari penyelenggara liga belum cair. "Mudah-mudahan dengan GG berhasil," katanya.
Sekretaris Umum Persik Barnadi menjelaskan kondisi keuangan Persik saat ini cukup parah. Selain tak bisa mengontrak pemain, manajemen juga masih menyisakan pembayaran gaji sejumlah pemain lokal yang masih bertahan. Satu-satunya harapan untuk memulihkan kondisi ini adalah dukungan sponsor. "Tapi susah juga mencari sponsor untuk klub di divisi utama," katanya.
Pemerintah Belanda menetapkan pada September mendatang akan menerbitkan uang baru dengan gambar Hendrik Johannes Cruijff (di Indonesia lebih dikenal sebagai Johan Cruyff), mantan pemain/kapten tim nasional Belanda. Sebagai pemain, Cruyff adalah motor terlaksananya pola total football yang diarsiteki pelatih Rinus Michels dan sempat bikin tercengang persepakbolaan dunia ketika dipraktikkan Michels dalam Piala Dunia 1974 di Muenchen, Jerman Barat. Saat itu Belanda berhasil masuk final, tapi dikalahkan Jerman Barat 1-2.
Pemerintah Belanda menetapkan pada September mendatang akan menerbitkan uang baru dengan gambar Hendrik Johannes Cruijff (di Indonesia lebih dikenal sebagai Johan Cruyff), mantan pemain/kapten tim nasional Belanda. Sebagai pemain, Cruyff adalah motor terlaksananya pola total football yang diarsiteki pelatih Rinus Michels dan sempat bikin tercengang persepakbolaan dunia ketika dipraktikkan Michels dalam Piala Dunia 1974 di Muenchen, Jerman Barat. Saat itu Belanda berhasil masuk final, tapi dikalahkan Jerman Barat 1-2.