Sekretaris Jenderal UEFA, Gianni Infantino. REUTERS/Valentin Flauraud
TEMPO.CO, Nyon-Semenjak Qatar ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada tahun 2010 silam. Mereka mendapat tekanan dan tantangan untuk menghindari suhu yang bisa mencapai 50 derajat celcius lebih. Rencana gila yang diambil pihak Qatar yaitu memasang seluruh stadion dengan penyejuk ruangan (AC) dengan nilai biaya sebesar 65 miliar pound sterling atau Rp 990 triliun.
Sempat muncul kabar bahwa pada pertandingan Piala Dunia Qatar 2022 akan dilaksanakan di musim dingin. Akan tetapi beberapa pihak banyak yang menentang gagasan tersebut. Pihak yang menentang itu datang dari Liga Primer Inggris.
Gianni Infantino , sekretaris jenderal UEFA serta Presiden FIFA dan Kepala UEFA, Sepp Blatter dan Michel Platini mendukung langkah fenomenal tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan Times dan dikutip Guardian, Jumat, 2 Juni 2013, Infantino mengatakan, “Setiap kali anda bermain di Piala Dunia harus mencari periode musim terbaik, sama halnya seperti di Afrika Selatan pada 2010 kemarin.”
Akan tetapi ketua Asosiasi Sepakbola Inggris (FA), David Bernstein, menolak Piala Dunia 2022 Qatar dilakukan pada musim dingin. Pandangan pribadiku itu akan menjadi kasus yang salah jika Piala Dunia 2022 beralih ke musim dingin.”, kata Bernstein.
“Piala Dunia yang akan dimainkan pada bulan Juni dan Juli kemudian dipindahkan ke musim dingin (November-Januari), ini akan mengacaukan semua sistem,” ujar Bernstein. “Jika ingin di musim dingin mereka harus memiliki dasar argumen yang kuat.”
Mendengar pernyataan Bernstein, Gianni Infantino, mengatakan, “Aku sepenuhnya harus mengatakan, tidak selayaknya Piala Dunia Qatar dimainkan pada bulan Juni dan Juli untuk alasan kesehatan pemain, bulan-bulan itu suhu di Qatar sangat tinggi dan membuat pertandingan tidak nyaman.”