Padahal pemain tengah 20 tahun tersebut baru turun ke lapangan setelah istirahat lima bulan akibat cedera lutut. "Butuh waktu lama baginya untuk kembali fit, tapi saya senang hasilnya sebagus ini," kata Arsene Wenger, pelatih Arsenal, seusai pertandingan tersebut.
Oxlade-Chamberlain merupakan gelandang serbabisa. Saat masih membela Southampton pada musim 2010-2011, dia banyak beroperasi di sektor sayap dan mengandalkan kecepatan berlarinya. Wenger--yang memboyongnya ke Stadion Emirates, London, dengan mahar Rp 240 miliar pada Agustus 2011--juga sering menempatkannya di sayap.
"Namun masa depannya ada di lini tengah," kata Wenger. Saat menjamu Palace, dia menempatkan Oxlade-Chamberlain di tengah. Kebetulan Arsenal kehilangan sederet punggawa mereka di sektor gelandang, termasuk Aaron Ramsey yang cedera dan Mathieu Flamini yang kena hukuman kartu merah.
Wenger pun menganggap pemain muda itu sebagai aset penting di timnya. "Dengan dua gol dan penampilan Oxlade-Chamberlain, dia membuktikan penilaian saya tidak salah," ujar pelatih 64 tahun asal Prancis itu.
Nial Quinn, mantan penyerang Sunderland yang kini jadi pandit sepak bola di stasiun televisi Sky Sports, mengatakan Oxlade-Chamberlain merupakan pemain muda dengan mental matang. "Pada awal pertandingan, dia tidak bagus. Namun dia membuang rasa groginya dan langsung menikmati laga tersebut," kata eks penyerang tim nasional Irlandia itu.
Arsenal cuma mendatangkan satu pemain di jeda transfer Januari, yaitu gelandang Swedia Kim Kallstrom, untuk melapisi Ramsey yang cedera sampai Maret. "Namun kembalinya Oxlade-Chamberlain membuat mereka seperti memiliki pemain baru," kata Kevin Phillips, mantan penyerang tim nasional Inggris.
