TEMPO.CO , Jakarta:Komisi disiplin Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia akan menangani kasus nyalanya flare yang terjadi saat pertandingan Persebaya Surabaya melawan Mitra Kukar di Stadion Gelora Bung Tomo, Sabtu, 1 Februari 2014, lalu. Menurut Sekretaris Jenderal PSSI, Joko Driyono, tuan rumah bisa dikenai denda akibat ulah pendukungnya yang menyalakan flare atau cerawat.
"Dendanya berkisar Rp 5-10 juta," kata Joko di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Senin 3 Februari 2014. Joko menyebutkan penggunaan cerawat dalam pertandingan sepak bola memang dilarang karena dapat mengganggu jalannya pertandingan.
Ia pun berharap hal itu tidak ditiru oleh pendukung klub lainnya. Pasalnya, hukuman penggunaan cerawat bersifat berlipat ganda. "Kalau sampai dua kali melanggar dendanya jadi dua kali lipat dan kalau sampai tiga kali melanggar maka pertandingannya bisa tanpa penonton," tutur Joko.
Sementara itu pertandingan antara Persebaya berhadapan dengan Mitra Kukar tak hanya melibatkan penggunaan cerawat tapi juga aksi protes berlebihan yang dilakukan pemain Mitra Kukar terhadap keputusan wasit. Sejumlah pemain dan official Mitra Kukar tidak terima dengan keputusan Dodi Setia Purnama yang tidak memberikan hadiah penalti karena pemain Persebaya menyentuh bola saat terjadi sepakan pojok.
Menanggapi hal itu, Joko menegaskan kalau setiap keputusan wasit selama pertandingan berlaku mutlak. Ia meminta kepada semua tim yang berlaga agar lebih memahami keputusan wasit. "Wasit satunya-satunya yang harus ditaati dan kami terus melakukan evaluasi kepada wasit," katanya. Joko menilai, setiap pemain dan official wajib mematuhi keputusan wasit agar pertandingan bisa berjalan dengan baik.
Dalam laga itu, Persebaya sukses memetik kemenangan pertama atas Mitra Kukar. Anak asuh Rahmad Darmawan ini menang dengan skor 2-1.
