TEMPO.CO, Rio de Janeiro -- Thiago Silva adalah kapten Selecao. Namun, saat menghadapi Cile dalam adu drama penalti, dia yang paling banyak menuai kritik. Sebabnya, saat teman-temannya menanggung beban menjadi algojo, pemain PSG ini malah memilih duduk sendiri, sambil menangis.
Kritik paling keras muncul dari psikolog di negeri itu. Umumnya, nadanya sama: tidak pantas kalau seorang kapten memilih tempat dalam kesendirian sementara pemain lain menanggung beban mental nan berat.
Namun, sang kapten memilih cuek seperti bebek. Katanya, dia tak peduli dengan komentar yang banyak menyerangnya itu. “Yang penting itu adalah cara saya mengatasi tekanan yang ada. Lagi pula, teman-teman di tim tidak menjadikannya itu sebagai masalah. Mereka happy-happy saja tuh” katanya.
Lagi pula, kata Thiago lagi sang pelatih Felipe Scolari juga tidak mempermasalahkan. “Manajer saja tidak keberatan dengan sikap saya itu.”
Felipao, sang manajer Selecao, memang tidak mempersoalkan tindakan Silva itu. Bahkan menurutnya itu bukan yang kali pertama terjadi.
Saat memegang Portugal di Piala Eropa 2004, dia juga mengalami hal yang sama ketika kapten Portugal ketika itu, Luis Figo memilih hanya berdiam diri di bangku cadangan padahal teman-temannya sedang bertarung hidup-mati saat mereka terpaksa beradu penalti dengan tim Inggris.
“Padahal semua orang tahu Figo adalah orang yang hebat. Tapi nyatanya, dia juga tak kuat-kuat amat dalam peristiwa seperti itu. Saya kira saya memiliki pengalaman dalam soal seperti ini. Kita harus menghormati orang-orang seperti itu," kata Scolari.
Namun keterangan dua orang penting di Selecao itu, mendapatkan tanggapan dari Cafu. Kapten Selecao yang meraih Piala Dunia 2002 ini semestinya tim Brasil, termasuk Thiago sebagai kapten tidak boleh berlaku seperti itu.
“Mereka sudah seharusnya berhenti menangis seperti itu,” kata Cafu, Kamis lalu di Stadion Maracanã. Menurut Cafu, menangis adalah cara yang terakhir ketika tekanan mental sudah begitu keras membebani pemain.
“Tapi semestinya, Brasil tidak perlu takut pada siapa pun. Mereka harus lepas dari semua itu dan bermain dengan tempo yang cepat dan percaya diri bahwa mereka akan menang. Lagi pula semua orang Brasil mendukung mereka, apa lagi yang ditakutkan?"
Nah, mungkin saat melawan Kolombia, mereka tak lagi gampang mewek.