Pemain kesebelasan Persib Bandung mengikuti latihan ketika uji coba lapangan di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, 14 November 2015. ANTARA/Umarul Faruq
TEMPO.CO, Jakarta - Persib Bandung gagal total di turnamen Piala Jenderal Sudirman. Tim asuhan Djadjang Nurdjaman itu tak berhasil mengulang keberhasilan di dua kompetisi sebelumnya, yakni Liga Super Indonesia 2014 dan Piala Presiden 2015. Empat kali melakoni laga babak penyisihan Grup C, juara Indonesia Super League (ISL) 2014 dan Piala Presiden itu hanya memetik satu kemenangan, yakni atas Persela Lamongan (3-2) pada laga perdana. Yang mengejutkan, kegagalan Persib terjadi bersamaan dengan munculnya kejutan dari PS TNI, tim amatir yang tampil satu grup dengan tim asal Bandung ini dan kemudian lolos sebagai juara grup. Ada sejumlah catatan terkait dengan kegagalan Persib kali ini. Berikut di antaranya:
1. Faktor Persiapan dan Konsistensi Pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman, menyebut persiapan minim menjadi alasan utama Maung Bandung gagal lolos ke babak delapan besar. Ia sejak awal sudah pesimistis bahkan nyaris memilih tak ikut di turnamen itu karena menganggap persiapan tak memadai. Selain itu, Djanur mengelak timnya gagal karena tidak ada sebuah tim yang bisa tampil bagus pada tiga turnamen besar. "Berada di level atas terus saya pikir agak sulit," tutur Djanur sembari mengakui kegagalan tersebut dengan legawa.
2. Ada faktor kelemahan manajemen akibat ketidakpastian iklim sepak bola nasional Gelandang Persib, Firman Utina, mengakui minimnya persiapan Maung Bandung sebelum tampil di turnamen ini. Mereka hanya efektif berlatih selama seminggu. Hal itu tak lepas dari ketidakpastian soal kontrak. Setelah menjalani masa istirahat seusai menjuarai Piala Presiden, para pemain tak segera bergabung karena ketidakjelasan kontrak. Jadi pemain memilih tidak buru-buru kembali ke Bandung guna mempersiapkan diri menjelang Piala Sudirman. "Akhirnya, membentuk tim ini jadi semacam terburu-buru. Walaupun tim ini sudah hampir tiga tahun berjalan bersama-sama dengan materi pemain yang enggak terlalu banyak berubah, saya pikir harus ada evaluasi lagi," katanya. Firman menilai, pemain dan manajemen tidak usah saling menyalahkan. Pasalnya, kata dia, masing-masing memiliki kesalahan yang patut diperbaiki agar Persib ke depan bisa lebih baik lagi.
3. Persib perlu membuka lembaran baru Kegagalan di Piala Jenderal Sudirman semestinya jadi cambuk bagi Persib. Sebelum turnamen itu, Persib sudah kehilangan Vladimir Vujovic yang memutuskan tidak akan memperkuat lagi klub itu dan Zulham Zamrun yang cedera. Seusai turnamen, Makan Konate yang merupakan roh di permainan Persib juga akan hengkang. Artinya, Djadjang Nurdjaman perlu kembali membentuk timnya untuk bersiap melawan PSMS di Perisai Cup akhir bulan ini. Keberanian dia untuk memainkan pemain U-21 di turnamen lalu, yaitu Febri dan Zola, layak diapresiasi. Para pemain muda yang dibesarkan klub itu idealnya memang menjadi tulang punggung klub, seperti yang terjadi di klub-klub Eropa.
4. Persib menatap laga berikut dengan hati-hati Persib tak berani mematok target muluk saat tampil di Perisai Cup akhir bulan ini. Djadjang Nurdjaman menilai pertandingan pada Perisai Cup tak akan mudah. Pemain PSMS Medan adalah punggawa PS TNI yang saat ini masih berkompetisi pada Piala Jenderal Sudirman. Mereka lebih siap, dan dari segi penguasaan atmosfer pertandingan mereka lebih terjaga karena hingga kini masih bertahan di Piala Sudirman. Persib sendiri akan meliburkan pemain selama sepekan lalu mulai berlatih lagi. Namun masalah kontrak pemain bisa kembali jadi hambatan.