TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih timnas Portugal Fernando Santos mengatakan tugas beratnya adalah membuat "anak-anaknya" tetap di-grounded setelah mereka maju ke semifinal, seusai mengalahkan Polandia lewat adu penalti Jumat dinihari tadi.
Sekitar sepertiga dari 23 pemain anggota skuad asuhan Santos berusia di bawah 25 tahun, termasuk remaja 18 tahun Renato Sanches yang menciptakan gol dalam kiprah pertamanya sebagai starter. Dia menjadi pemain paling muda yang mencetak gol dalam sebuah pertandingan knockout Piala Eropa.
"Saya harus menata segalanya demi anak-anak ini. Ini mimpi," kata Santos yang timnya akan bermain melawan Belgia atau Wales dalam semifinal yang berlangsung Rabu pekan depan.
"Anak-anak ini bermain untuk negaranya. Mereka telah mencapai semifinal dan kini segalanya bisa terjadi. Bagi saya, ini mimpi, namun saya melukiskan ini mimpi yang jauh lebih besar untuk para pemain saya," kata Santos.
Santos memberikan kepercayaan besar kepada barisan mudanya dalam laga perempat final dengan menurunkan Joao Maria, 23 tahun, William Carvalho (24), dan Cadric (24) yang semuanya bergabung dengan Sanches dalam starting lineup. Santos mengatakan kemasukan pada awal laga semata karena kurang pengalaman.
"Beberapa dari mereka mencapai tahap ini untuk pertama kalinya," ujar Santos.
Beberapa saat setelah kebobolan, Santos terlihat berbicara dengan Sanches. Dan setelah itu memang tercipta sebuah perbedaan dalam penampilan Portugal.
Sanches lalu menyamakan kedudukan dalam babak kedua, diikuti oleh keberhasilan Cristiano Ronaldo mengeksekusi tendangan penalti untuk kedua kalinya, dan memenangi anugerah man of the match untuk kedua kali berturut-turut.
Namun Santos enggan terlalu membebani gelandang muda itu.
"Dia masih punya banyak hal untuk ditawarkan dan masih terus berkembang. Sanches yang Anda lihat sekarang, saya kira bukan Sanches pada masa depan," kata dia seperti dikutip Reuters. "Dia harus membawa semua kualitasnya dan menumpahkannya di lapangan, dan adalah tugas saya mengorganisasi jenis permainannya."