Wajah Sepak Bola Cina Tak Sebaik Mega Transfer Klub Mereka

Reporter

Editor

Febriyan

Kamis, 6 Oktober 2016 04:05 WIB

Manajer tim Shanghai SIPG Sui Guoyang, berpose dengan pemain barunya Hulk saat konferensi pers di Shanghai, Cina, 1 Juli 2016. Hulk direkrut Shanghai dengan harga sekitar 45 juta poundsterling. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Mega transfer yang dilakukan klub asal Cina dengan membeli banyak pemain klub Eropa cukup membuat pamor mereka di mata dunia terangkat. Namun di dalam negeri, atmosfir Liga Super Cina ternyata tak semegah yang dibayangkan.

Jurnalis laman The Sun, Justin Allen, yang langsung terbang ke Cina menuliskan bahwa Liga Super Cina penuh dengan kemalasan dan kecemburuan sosial antara pemain asing dan pemain lokal.

Dia menuliskan bahwa para pemain yang dibeli dari eropa tak memberikan dampak apa-apa selain mendongkrak nama klub dan Liga Super Cina di mata dunia. Contohnya penyerang Hulk yang kini membela Shanghai SIPG.

Seorang guru asal Irlandia, Dave O'Reilly, yang kini bermukim di Shanghai kecewa dengan penampilan Hulk di klub itu. Menurut dia, pemain yang dibayar 320 ribu pound sterling per pekan itu tak memberikan banyak manfaat kepada klub.

"Saya pernah melihat permainan Hulk dan sekarang dia terlihat sangat gemuk, lelah dan tak fit. Dia hanya berjalan di lapangan, tak melakukan apa pun," ujarnya dalam wawancara dengan Justin usai laga Shanghai SIPG melawan Beijing Guoan yang berakhir imbang 2-2.

Peningkatan kualitas permainan seperti yang diharapkan klub Cina ketika memboyong para pemain dari klub Eropa tampaknya tak berhasil 100 persen. Buktinya, tak banyak penduduk Cina yang datang ke stadion untuk menyaksikan permainan sepak bola.

Berdasarkan data yang dia dapatkan, Justin menuliskan, setiap pertandingan kursi stadion hanya terisi sekitar 50 persen. Atmosfir dukungan penonton kepada klubnya pun terasa datar.

"Di Sanghai saja - Kota terbesar di Cina dengan populasi 24 juta penduduk - SIPG yang ditangani Sven Goran Eriksson hanya mampu menarik rata-rata 25.346 suporter per pertandingan. Artinya, Stadion mereka yang berkapasitas 56.842 tempat duduk 55 persen kosong," tulisnya.

Tak hanya itu, atmosfer kebersamaan di dalam tim di Cina juga tak terasa baik. Kecemburuan sosial terjadi di antara pemain lokal dengan pemain asing. Pemain lokal cemburu karena pemain asing mendapatkan gaji selangit yang besarannya mencapai 15 kali bayaran yang mereka dapatkan.

Mereka juga cemburu karena banyak peraturan yang dengan seenaknya dilanggar oleh pemain asing dan pihak klub tak berbuat apa-apa. Misalnya soal aturan bermukim bersama di hotel satu hari sebelum pertandingan. Sejumlah pemain SIPG sempat menggerutu karena Sven Goran Errikson dan lima orang pemain asing mereka tak ikut bermukim di Regal International East Asia Hotel.

"Sven dan para pemain asing lebih memilih tinggal di apartemen mewah mereka," ujar seorang pekerja di SIPG. "Hal ini mengecewakan bagi pemain Cina karena mereka berfikir kenapa ada peraturan yang berbeda terhadap mereka dan para pemain asing."

"Mereka juga kecewa karena mereka tak mendapatkan bayaran yang besaran nilainya sangat jauh dibawah para pemain asing. Pemain asing diperlakukan seperti raja," lanjutnya.

Tak hanya pemain Cina yang menggerutu, para pemain asing di sana pun secara diam-diam membicarakan para pemain Cina. Mereka menilai para pemain Cina malas dan tak memiliki etos kerja yang baik.

"Para pemain Cina malas. Mereka mau terkenal dan dibayar besar seperti pemain bintang tetapi tak mau bekerja keras. Itu sudah menjadi budaya mereka," ujar seorang pemain asing yang tak disebutkan namanya dalam laporan itu.

Pemain belakang asal Inggris, Jack Sealy, yang memperkuat klub Changcun Yatai, mengatakan bahwa penduduk Cina sebenarnya sangat mencintai sepak bola. Namun, rendahnya kualitas permainan di klub Liga Super Cina membuat mereka malas untuk hadir di Stadion. Penduduk Cina lebih suka datang ke bar atau cafe untuk menonton Liga Primer Inggris bersama.

"Penduduk Cina sangat menyukai sepak bola tetapi permainan di sini tak cukup baik sehingga bisa membuat mereka datang ke Stadion," ujarnya.

THE SUN|FEBRIYAN

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

4 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

13 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

17 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

17 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

18 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya