Kata Ketua PSSI Baru Soal Kompetisi Ideal untuk 2017
Editor
Nurdin Saleh TNR
Rabu, 16 November 2016 04:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia sedang mengkaji model kompetisi reguler terbaik untuk musim 2017. Ketua Umum PSSI yang baru, Letnan Jenderal Edy Rahmayadi berkomitmen untuk membuat kompetisi dalam sebuah liga yang lebih baik dari tahun ini.
"Kami ingin bikin kompetisi yang bagus untuk pembinaan pemain," kata Edy di kantor PSSI, Jakarta, Senin lalu.
Menurut Edy, saat ini PSSI sedang menyusun kompetisi yang tak bentrok dengan agenda sepak bola internasional seperti saat ini. Kompetisi sepak bola tahun ini Indonesia Soccer Championship masih bergulir bersamaan dengan turnamen internasional Piala AFF 2016.
Walhasil, Edy ingin kompetisi tahun depan tak akan bentrok atau mengganggu persiapan tim nasional untuk menghadapi agenda internasional. "Misalnya liga nanti hanya Januari hingga Juni saja," kata Edy.
Usai liga, agenda sepak bola Indonesia akan diisi dengan sejumlah turnamen nonreguler untuk mengisi kekosongan waktu. Menurut Edy, turnamen seperti Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, dan Piala Bhayangkara, sangat menarik untuk dilanjutkan di 2017.
Edy berpendapat turnamen tersebut mampu berperan dalam melakukan pembinaan pemain. "Di sela-sela turnamen itu tim nasional bisa dipersiapkan untuk agenda internasional," kata Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat tersebut.
Selanjutnya: Dua Model yang mungkin
<!--more-->
Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono mengatakan setidaknya ada dua model kompetisi yang bisa dipakai Indonesia. Pertama model kompetisi sepak bola seperti liga-liga Eropa yang dimulai Agustus hingga Mei.
Model kedua, dia melanjutkan, yakni dengan memulai kompetisi pada bulan Maret 2017. "Tujuannya agar pemain tak terlalu lama menganggur. Sebab kompetisi ISC berakhir Desember nanti," kata Joko, Senin lalu.
Sayangnya Joko belum bisa memastikan model mana yang akan dipilih PSSI. Dia hanya mengatakan jika PSSI akan mengambil keputusan liga dalam waktu dekat.
"Sebab kami akan adakan kongres tahunan 8 Januari 2017. Sesuai rencana, semua pekerjaan rumah PSSI termasuk model kompetisi yang baru harus sudah diketok palu saat itu juga," kata Joko.
Joko juga memperkirakan waktu liga 2017 sebaiknya berlangsung minimal delapan bulan lamanya. Menurut Direktur PT Gelora Trisula Semesta itu, waktu delapan bulan cukup untuk membentuk liga yang positif bagi pembinaan pemain.
Di sisi lain, kaa Joko, waktu delapan bulan cukup untuk kepentingan bisnis. Menurut dia, delapan bulan cukup untuk mempromosikan liga dan barisan sponsor. "Di liga modern, urusan bisnis menjadi perhatian," kata Joko.
Selanjutnya: Saran #SOS
<!--more-->
Koordinator Save Our Soccer #SOS Akmal Marhali meminta PSSI menyesuaikan agenda kompetisi di Asia yang biasanya dimulai Februari-Maret. Tujuannya agar klub-klub bisa tenang berlaga di turnamen Piala AFC.
"Pilihan memulai liga pada Maret lebih cocok sebab rata-rata kompetisi di Asia juga memulai liga di waktu itu," kata Akmal kepada Tempo, kemarin.
Akmal juga meminta PSSI tak melupakan perbaikan regulasi kompetisi seperti menegakkan kewajiban lisensi klub profesional yang diatur FIFA dan AFC. Menurut Akmal, aturan ini bakal menjaga klub dari potensi gagal bayar gaji pemain.
"Selain itu juga mengatur jual-beli lisensi klub yang jelas dilarang oleh FIFA dan AFC. Hanya jual-beli saham klub yang diperbolehkan," kata Akmal.
Terakhir, Akmal meminta PSSI melengkapi kompetisi tahun depan dengan pembuatan regulasi untuk suporter. Dia berharap PSSI meniru Inggris yang punya Football Spectator Act yang mengatur seluk beluk urusan suporter. "Ini untuk menindak suporter klub yang merusak atau mencoreng pertandingan saat kompetisi berjalan," kata Akmal.
INDRA WIJAYA