Para pemain Real Madrid mengangkat pelatih mereka, Zidane Zidan saat selebrasi usai sukses menjuarai Liga Champions di Stadion San Siro, Spanyol, 28 Mei 2016. Real Madrid sukses meraih trofi Liga Champions ke-11 mereka. REUTERS
TEMPO.CO, Jakarta - Real Madrid akan bertandang ke markas Sevilla dalam pertandingan leg kedua babak 16 besar Copa del Rey, Jumat dinihari, 13 Januari 2017. Ini bisa menjadi langkah awal Manajer Madrid Zinedine Zidane mewujudkan mimpinya meraih treble buat timnya—meraih gelar Copa del Rey, La Liga, dan Liga Champions.
"Madrid harus berjuang untuk mendapatkan semua gelar juara. Zidane mengelola tim ini dengan baik dan telah memotivasi para pemainnya untuk meraih treble,” kata Ronaldo Nazario, legenda Madrid asal Brasil.
Ronaldo yang kini berbadan gendut itu memang paling tahu ambisi Zidane, yang pernah menjadi tandemnya pada 2000-an lalu. "Meraih tiga gelar tentu sensasional,” kata Zidane pada musim 2003/2004. Ketika itu, Madrid yang berada di tangan Carlos Queiroz memang punya peluang. Namun impian itu lenyap, klub itu tak dapat apa-apa.
Impian yang terus dipeliharanya tersebut hampir saja menjadi kenyataan ketika ia menjadi asisten Carlo Ancelotti pada tiga tahun lalu. Saat itu, Madrid perkasa dalam tiga turnamen yang sama. “Tentu saja, Anda harus membahas kemungkinan kami memenangi treble,” ucapnya ketika itu. “Saat bermain untuk Real Madrid, Anda harus tahu apa yang harus dicapai.”
Tapi Madrid gagal. Padahal klub tersebut kala itu teramat luar biasa. Madrid menang dalam 22 pertandingan. Bagaimana pun, impian itu tak pernah pergi dari Zidane. Saat menjadi pelatih, dia ingin mewujudkan mimpi lamanya itu.
Musim pertamanya berakhir dengan gemilang. Madrid kembali mengangkat trofi Liga Champions untuk kesebelas kalinya. Untuk itu, dia diganjar sebagai Manajer Prancis terbaik tahun ini. Andai tak ada Claudio Ranieri, yang membawa Leicester menjadi juara Liga Primer, bisa jadi dia yang terpilih menjadi pelatih terbaik tahun ini.
“Saya benar-benar beruntung bisa melakukan pekerjaan yang saya sukai ini. Saya pernah melakukannya saat menjadi pemain, dan kini sebagai pelatih. Ini adalah pekerjaan gila,” ujarnya.
Tapi tentu Zidane harus berhati-hati menjaga mimpinya kali ini. Dinihari nanti, kehati-hatian itu harus kembali diperteguh saat meladeni perlawanan Sevilla di Ramón Sánchez Pizjuán dalam babak 16 besar Copa del Rey. Selamat dari sandungan di sana, dia bisa membawa Madrid lebih jauh dalam turnamen itu.
