TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya seusai anak asuhnya dikalahkan Pusamania Borneo FC (PBFC) dengan skor 2-1 dalam laga pertama semifinal Piala Presiden 2017 di Stadion Segiri, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis, 2 Maret 2017. Sang juru adil di lapangan jadi pelampiasan Djadjang karena dianggap banyak keputusan yang merugikannya.

"Banyak pelanggaran tidak perlu. Harusnya (wasit) belajar lagi, ketika tendangan bebas (Asri Akbar di menit 68), ada bola yang bisa langsung dan tidak langsung untuk ditendang (ke gawang)," kata Djadjang, saat konferensi pers seusai laga berakhir, Samarinda, Kamis malam, 2 Maret 2017.

Namun Djadjang menyadari kekalahan atas tuan rumah di Samarinda tak melulu disebabkan keputusan wasit. Ia tak memungkiri jika anak asuhnya bermain kurang optimal. Ia menilai banyak instruksinya yang tak berhasil berjalan sesuai skema yang diinginkan.

"Lini tengah dan depan tidak berjalan sesuai harapan," kata Djadjang.

Kendati demikian, Djadjang menjelaskan dalam laga tersebut timnya sudah mampu menguasai jalannya pertandingan. Kekuatan bola mati PBFC juga telah ia ketahui meski tak berhasil diantisipasi.

"Kami mengetahui bahaya bola mati, apalagi dengan postur tinggi Reinaldo (Da Costa)," katanya melanjutkan.

Saat pertandingan berlangsung, dari tiga gol yang tercipta, semuanya bermula dari skema bola mati.

Gol pertama dicetak Reinaldo memanfaatkan tendangan penjuru Asri Akbar di menit-14. Begitu pula dengan gol balasan Persib Bandung, dua menit sebelum waktu normal babak pertama berakhir. Supardi berhasil menaklukkan Wawan Hendrawan setelah berhasil memanfaatkan peluang dari skema tendangan penjuru.

Gol terakhir dicetak Patrich Wanggai pada menit ke-68, setelah menerima umpan Asri Akbar dari tendangan bebas.

Persib Bandung masih berpeluang lolos ke babak puncak Piala Presiden 2017. Leg kedua, 5 Maret 2017, akan menjadi penentu kala Maung Bandung menjamu Pusamania Borneo.

FIRMAN HIDAYAT