Pesepak bola PSM Makassar, Steven Renald (kanan) berusaha melewati para pemain Persela Lamongan saat laga Gojek-Treveloka Liga 1 di Stadion Andi Matalatta, Makassar, 16 April 2017. TEMPO/Iqbal Lubis
TEMPO.CO, Makassar - Pelatih kepala PSM Makassar Robert Rene Alberts kembali mengkritik kepemimpinan wasit setelah timnya menang atas Persija Jakarta dalam lanjutan pekan ketiga Liga 1 Indonesia, Minggu malam 30 April. Dia menilai skuad Juku Eja seharusnya bisa menang lebih dari 1-0.
Alberts mengatakan bahwa wasit pada laga itu membuat banyak keputusan kontroversial. Diantaranya adalah dua tendangan pinalti yang tak diberikan kepada PSM.
"Harusnya kami dapat dua pinalti murni, tapi itu kami tidak dapatkan," ucap Robert usai laga.
Selain tendangan pinalti, dia juga mengkritikis betapa mudahnya wasit memberikan kartu kuning kepada para pemain.
"Selama karir saya, malang melintang di dunia kepelatihan, saya belum pernah melihat di liga manapun terlalu banyak diberikan kartu," kata dia. "Seperti gampang sekali wasit memberikan kartu kuning dan merah. "
Padahal, pria asal Belanda ini menganggap bahwa kartu kuning itu tak seharusnya dikeluarkan lantaran hanya pelanggaran ringan. "Tapi saya lihat mereka (wasit) seperti bekerja di bawah tekanan, yang harus menampilkan pekerjaannya dengan memberikan banyak kartu," tutur eks pelatih Arema FC ini.
Hal itu yang membuat sang juru taktik hingga kini mempertanyakan standarisasi wasit di Liga 1 Indonesia. Apalagi waktu PSM Makassar bertemu Mitra Kukar pekan kedua, kondisi yang masih abu-abu malah langsung pinalti.
"Jadi saya pertanyaan standar wasit sekarang. Saya bingung tentang apa yang terjadi?," paparnya.
Robert mengungkapkan kemenangan PSM atas Persija leih karena strategi yang mereka terapkan berjalan dengan sesuai di dalam lapangan. Karena itu, lanjut Robert, ini bukan persoalan performa individual saja.
"Babak pertama kita tidak bertahan cuma pemain tidak terlalu bergerak jadi permainan statis. Jadi kalau tidak sesuai ekspektasi maka pemain diganti," ujar Robert.
Melawan Persija, ia mengaku sengaja mengamati beberapa menit pertandingan yang berlangsung. Kemudian mempelajari kelemahan dari tim tamu Persija Jakarta.
"Dan saya dapat kelemahan mereka, dan bisa membuat Willjan Pluim leluasa dalam bergerak. Akhirnya Willjan cetak gol, harusnya bisa cetak dua gol, tapi gagal," tambahnya.
Sementara Pluim sendiri mengakui dirinya sulit bergerak di babak pertama karena ditempel ketat oleh Sandi Sute.
"Saya memang susah bergerak karena dia (Sandi) tak memberikan ruang dan selalu mengikuti saya. Seandainya saya keluar lapangan mungkin dia juga ikut," ucap Willjan.
Karena itu diganjarnya Sandi Sute kartu kuning kedua lalu diusir keluar lapangan membuat pergerakan Willjan di lini tengah bebas. Sebab tak ada lagi pemain yang terus menempelnya, alhasil mampu mencetak gol dimenit 80 dan membawa PSM mengalahkan Persija Jakarta, 1-0.