TEMPO.CO, Jakarta - Meninggalnya seorang suporter, Catur Yuliantono, dalam laga timnas Indonesia vs Fiji, di Bekasi, Sabtu sore, mendapat sorotan dari Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali.

Akmal menyebut meninggalnya Catur Yuliantono merupakan akibat dari kelalaian panitia pelaksana (panpel) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

“Panpel kecolongan dan lalai. Perlu ada reward and punishment untuk kejadian seperti ini. Bila panpel klub lalai mendapatkan sanksi dari PSSI, hal sama harus diberlakukan. Sepak bola kita butuh keselamatan,” kata Akmal dalam siaran persnya, Ahad, 3 September 2017.

Baca: Isak Tangis Warnai Pemakaman Suporter Timnas Korban Kembang Api

Akmal menyatakan, lembaga nirlaba pemerhati sepak bola tersebut sangat prihatin dan berbelasungkawa atas meninggalnya Catur. Menurut dia, kejadian ini harus menjadi renungan dan introspeksi bersama dalam dunia sepak bola. Banyak hal yang harus segera dibenahi secara serius terkait dengan keamanan dan kenyamanan penonton.

Akmal menjelaskan, berdasarkan hasil investigasi tim relawan SOS, panitia pelaksana pertandingan tim nasional saat melawan Fiji sudah bekerja maksimal menjalankan standar operasional prosedur (SOP). Barang-barang yang dilarang masuk ke stadion sudah diamankan menjelang pertandingan. Minuman botol diganti dengan plastik. Rokok atau korek api juga diamankan.

Namun, menurut dia, panitia pelaksana lalai dan kecolongan di babak kedua. Beberapa pintu masuk dibuka bebas, penonton bisa keluar-masuk membawa botol minuman, mi gelas, makanan ringan, dan lain-lain

“Ini kebiasaan panpel kita. Bukan cuma di level timnas, tapi juga klub. Mungkin perhatian mereka terfokus menyaksikan pertandingan sehingga kecolongan di saat-saat krusial. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk ke depannya,” kata Akmal.

Catur Yuliantono meninggal karena terkena ledakan petasan saat menyaksikan timnas Indonesia beruji coba melawan Fiji di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Sabtu, 2 September 2017. Catur, 32 tahun, suporter asal Duren Sawit, Jakarta Timur, mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Mitra, Bekasi Barat, dan dimakamkan pada Ahad, 3 September 2017, di Jakarta Timur.

DEWI NURITA