TEMPO.CO, Jakarta - Setelah santer muncul spekulasi Matthijs de Ligt akan tersingkir dari Juventus, karena gagal bersinar dalam debut di Juventus, saluran YouTube, Foot Truck, mewawancarainya sebagaiman dikutip Football Italia.
Dalam wawancara itu, bintang muda Belanda dan Eropa tersebut menepis spekulasi tersebut. Berikut kisahnya di Juventus dalam empat tulisan.
Matthijs de Ligt yakin ia mulai memantapkan diri di Juventus setelah mengalami kesulitan dalam debutnya musim ini, 2019-2020, di klub juara bertahan Seri A Liga Italia itu. Kelanjutan musim ini ditunda karena pandemi virus corona dan terancam tak bisa diselesaikan.
“Itu seperti ada sebuah magnet di tangan saya!” kata pemain bek tengah tim nasional Belanda dan mantan kapten Ajax Amsterdam ini.
De Ligt dihubungkan dengan klub-klub ternama seperti Barcelona dan Manchester United sebelum bergabung dengan Juve musim panas lalu dan menjelaskan mengapa ia memilih klub raksasa Seri A berjuluk Bianconeri itu.
“Musim lalu, saya bermain untuk Ajax dan memenangi penghargaan Golden Boy dan itu terjadi di Turin tempat saya menerimanya,” kata De Ligt kepada rekan setimnya, Wojciech Szczesny, dalam wawancara dengan saluran YouTube, Foot Truck.
“Itu pertama kali saya bepergian dengan pacar ke tempat lain. Sebelum saya menandatangani kontrak di sini, kami mengakrabi Turin.”
“Tentu saja, saya punya banyak waktu untuk memilih di antara klub-klub yang bisa saya bergabung. Ketika semuanya saya letakkan di atas kertas, Juventus merupakan pilihan terbaik buat saya. (Cristiano) Ronaldo berbicara kepada saya dan tentu saja itu merupakan sebuah kehormatan besar!”
“Juventus bilang kepada saya, ‘Alasan kami ingin membeli anda karena anda sudah matang dan ada tahu bagaimana mengantasi tekanan,’ “ Matthijs de Ligt melanjutkan.
“Mereka juga bilang kepada saya adalah sulit buat seorang pemain berusia 19 tahun untuk pergi ke negara lain. Tapi, ‘Kami yakin dengan anda dan anda akan segera menemukan tempat anda.’”
“Ketika saya memasuki kamar ganti pemain (Juventus) untuk pertama kali, saya seperti seorang anak kecil di toko yang manis! Setelah dua bulan, saya merasa saya sudah bisa menjadi diri sendiri,” Matthijs de Ligt menambahkan.