2. Atletico Madrid
Diego Simeone sekali lagi membuktikan kapasitasnya sebagai peracik strategi nomor wahid di Eropa. Kemampuannya tak perlu diragukan karena berhasil menyingkirkan juara bertahan Liverpool pada babak 16 besar.
Tak tanggung-tanggung, Simeone juga berhasil mematahkan rekor tak terkalahkan skuad asuhan Jurgen Klopp di kandang. Kemenangan 3-2 mereka boyong berkat kejeliannya melakukan pergantian di akhir-akhir pertandingan.
Cap sebagai tim yang bermain ultra difensif memang masih melekat bagi Atletico Madrid. Akan tetapi, jika melihat statistik gol dan kebobolan mereka, predikat tersebut tampaknya tak terlalu cocok bagi Diego Costa cs.
Di Liga Champions musim ini, Atletico Madrid telah mencetak 12 gol. Torehan itu membuat mereka lebih unggul dari Barcelona yang dianggap sebagai tim yang memainkan sepak bola menyerang. Barcelona total baru mencetak 10 gol saja.
Di sisi pertahanan, gawang Jan Oblak juga bukan yang paling sedikit kebobolan. Tercatat Oblak sudah tujuh kali memungut bola dari gawangnya. Catatan itu membuat lini pertahanan mereka berada di bawah PSG, Bayern Munchen, Manchester City, Juventus dan Barcelona.
3. Barcelona
Gonjang-ganjing di internal membuat performa Barcelona di lapangan tak begitu meyakinkan musim ini. Meskipun mampu keluar sebagai juara Grup F, catatan Lionel Messi cs tak seperti pada musim-musim sebelumnya.
Pada beberapa musim terakhir, Barcelona biasanya selalu masuk ke jajaran tim paling tajam di Liga Champions. Namun musim ini catatan 10 gol yang baru diciptakan Lionel Messi cs membuat mereka sebagai tim dengan lini depan terburuk yang masih bertahan.
Di level individu, Messi bahkan baru mencetak dua gol di Liga Champions. Tandemnya di lini depan, Luis Suarez, juga baru mencetak tiga gol, terpaut jauh dari penyerang Bayern Munchen, Robert Lewandowski yang sudah mencetak 11 gol dan memuncaki daftar top skor Liga Champions musim ini.
Padahal mereka tak kekurangan pemain bintang. La Blaugrana musim ini bahkan memiliki senjata andalan baru pada diri Antoine Griezmann yang diboyong dari Atletico Madrid. Sayangnya, Griezmann belum menunjukkan tajinya di Liga Champions.
Melempemnya performa Barcelona tak lepas dari masalah pergantian pelatih. Jika Ernesto Valverde, pelatih Barcelona sebelumnya, diragukan bisa merebut trofi Liga Champion, maka penggantinya Quique Setien justru tak memiliki pengalaman sama sekali di ajang tersebut.
Keberhasilan mereka menumbangkan Napoli pada babak 16 besar tak lantas membuat kritikan bagi Setien mereda. Mereka dinilai beruntung karena Napoli juga tengah dalam performa tak meyakinkan.
Musim ini mereka terlempar dari posisi empat besar klasemen akhir Liga Italia. Hal itu merupakan capaian terburuk mereka dalam beberapa musim terakhir.
Langkah Barcelona dipastikan akan berat musim ini. Pasalnya mereka ditantang Bayern Munchen pada babak perempat final dan kemungkinan harus menghadapi Manchester City di babak semifinal. Peluang Lionel Messi cs untuk menjuarai kompetisi ini pun dinilai tak sebesar musim-musim sebelumnya.